Kompaknya Mertua dan Mantu Berlomba Dalam Kebaji….an

Rabu 03 Jun 2020, 06:30 WIB

                MANTU loyal pada mertua, sudah jamaknya, karena mertua telah memberikan kebahagiakan. Tapi jika kompak dalam hal korupsi uang negara, sama saja itu berlomba-lomba dalam  kebaji…an. Dan itulah Nurhadi (eks Sekretaris MA) – Rezky Herbiono.

                Senin malam kemarin keduanya dibekuk KPK di Simprug Jaksel, setelah 4 bulan menjadi buronan. Sebelumnya, keduanya telah dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap dan gratifikasi senilai Rp 46 miliar. Tapi ketika dipanggil pertengahan Februari lalu untuk diperiksa KPK, ternyata mereka wasalam alias kabur.

                Eks Sekretaris MA ini memang luar biasa. Anak kecil punya balon lima saja hatinya sudah sangat kacau, ini bocah kelahiran 63 tahun lalu, punya 13 rumah sempat bikin bingung penyidik KPK. Didatangi rumah itu satu persatu, tak pernah ada. Tahu-tahu eh….nyempil di Simprug.

                Nurhadi MA (bukan titel) ini  memang bisa bermuka dua. Saat masih aktif di MA, dia bisa bikin program “kawasan bebas korupsi”. Tapi ironisnya,  diam-diam dia selintutan rajin menampung suap dan gratifikasi dalam berbagai kasus hukum sampai berjumlah Rp 46 miliar.

                Tapi orang Jawa punya filosofi “becik ketitik ala ketara” (baca: kejahatan lama-lama terungkap juga). Dan akhirnya Sekretaris MA yang sok suci itu kena batunya. Ketika bukti-bukti sudah banyak dikantongi KPK dia sempat menggelontor setumpuk uang dalam kloset untuk menghilangkan barang bukti.

                Rezki Herbiono terseret dalam pusaran korupsi, karena dia menjadi juru tampung uang haram itu. Bisa dia dapat fee, bisa juga karena sekedar berbakti pada mertua. Sebab sebagaimana kata kidalang Anom Suroto, berbakti pada mertua adalah juga kewajiban seorang menantu. Sebab mertua itu telah memberikan “jumbuhing rasa nikmat” (baca: kebahagiaan cinta) lewat anaknya.

                Istri Nurhadi, Tin Zuraida, yang jadi pejabat di Kementrian PAN-RB, sebetulnya tak terlibat secara langsung dengan aksi suaminya. Tapi karena berulangkali dipanggil sebagai saksi selalu mangkir, maka ketika ada pula dalam penangkapan di Simprug, sekalian pula dibawa serta. Ini benar-benar “swarga nunut nraka katur” (ikut saja atas nasib suami).

                Paling unik adalah laporan Neta S. Pane, Ketua Presedium Indonesia Polisi Watch, sudah 5 kali Nurhadi dipergoki salat duha di 5 mesjid ibukota. Tapi setiap hendak ditangkap selalu lolos. Rupanya dia sudah bertobat, tapi kok masih kucing-kucingan ketika hendak ditangkap KPK? – gunarso ts


News Update