Warga Tercekik Rentenir Online: Dihantam Ekonomi Terpaksa Utang, Telat Bayar Diteror

Selasa 02 Jun 2020, 09:33 WIB
Kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 memaksa banyak orang berutang. (ilustrasi/freepik)

Kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 memaksa banyak orang berutang. (ilustrasi/freepik)

JAKARTA – Praktik rentenir dengan modus pinjaman online (pinjol), banyak menjerat korban. Warga yang tengah dihantam kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan terpaksa utang, malah kian terhimpit bunga yang terus membengkak.

Salah satu korban pinjol, Mirna (27), karyawati swasta di kawasan Tamansari, Jakarta Barat. Ia mengaku kapok pinjam uang melalui aplikasi online dengan iming-iming bunga rendah.

“Mulanya saya pinjam Rp5 juta dengan bunga rendah. Namun karena tempat kerja saya mengalami kesulitan keuangan, saya ditawari lagi pinjaman. Saat itu pinjaman saya kurang Rp1 juta,” katanya, Kamis (28/5/2020).

Karena terdesak kebutuhan ekonomi, apalagi dia merupakan tulang punggung keluarga, Mirna terpaksa kembali pinjam Rp5 juta. Rupanya pinjaman kedua inilah yang akhirnya beranak pinak hingga utangnya mencapai Rp15 juta.

Dengan gaji yang dibayar perusahaan hanya setengah karena terkena dampak virus corona, Mirna terpaksa tidak maksimal mencicil utangnya ke pengelola pinjol. Karena benar-benar tidak punya uang, ia pun akhirnya menunggak pembayaran yang seharusnya dicicil tiap bulan.

“Sejak menunggak cicilan itulah saya diteror terus-menerus, baik pagi, siang dan malam. Tiap hari ditelepon dan diancam akan dilukai jika tidak membayar,” ungkapnya.

Baca jugaAda Ajakan Investasi, Masyarakat Harus Waspada

Mirna benar-benar stres karena diteror. Ia kemudian mengadukan kasus ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan bermaksud melaporkan secara hukum. Ia akhirnya ganti nomor telpon hingga 2 kali.

Ketakutannya berakhir ketika ia menerima pesangon dari kantor dan melunasi utang plus bunga yang sudah membengkak jadi Rp15 juta.

TERTIPU

Hal senada juga dialami Yadi (29), yang mengaku tertipu bujuk rayu pengelola pinjol. “Karena gak bisa bayar sesuai penjanjian, saya malah diteror terus-menerus. Mereka selalu mengancam dan menghardik,” ungkap Yadi.

News Update