Hentikan Wabah Corona, Pendeta Hindu Penggal Kepala Teman Sekamarnya

Senin 01 Jun 2020, 10:45 WIB
Salah satu kuil di India.(Ist/perjalanandunia.com

Salah satu kuil di India.(Ist/perjalanandunia.com

INDIA – Berdalih mengakhiri wabah Virus Corona atau Covid-19, Seorang pendeta di salah satu sekte Hindu India bernama Sansari Ojha memenggal kepala Saroj Kumar Pradhan berusia 52 tahun.

Sansari Ojha dari kuil Brahmani Devi kini telah diamankan pihak kepolisian ini mengaku bahwa dirinya melakukan tindakan keji tersebut lantaran untuk menenangkan seorang dewi. 

Dilansir dari laman Dailymail, pria berusia 70 tahun itu memenggal kepala Pradhan dalam keadaan mabuk dengan kapak pada pukul 01.00 pagi di kuil setelah sempat beradu mulut. Setelah melakukan aksinya itu, Sansari Ojha langsung menyerahkan diri di hari yang sama setelah sadar. 

Ojha kepada Detektif Ashish Kumar Singh mengklaim dirinya diperintahkan oleh seorang dewi dalam mimpinya agar mengorbankan manusia untuk mengakhiri pandemi COVID-19 di India. 

Polisi mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan dan kedua pria itu diketahui mengisap ganja sebelum serangan terjadi. Jenazah Pradhan telah dikirim untuk otopsi dan senjata pembunuhan telah disita dari kuil.

Aktivis sosial Satya Prakash Pati mengatakan kepada India Today bahwa dirinya tidak dapat mempercayai kejadian tersebut di era seperti saat ini. Dirinya juga menuntut hukum yang adil atas tindakan pendeta tersebut. 

"Kami menuntut tindakan keras terhadap yang bersalah,” katanya.

Pendeta itu diketahui memiliki perselisihan yang lama dengan Pradhan tentang kebun mangga di desa Bandhahuda. Pradhan diketahui merawat pohon-pohon di kuil Brahmani Devi, yang mana aksesnya saat ini dibatasi karena virus Corona dan pasangan itu berbagi kamar bersama.

Diketahui saat ini India mencatat 4.797 kasus kematian akibat Virus Corona.  Sehingga jumlah kasus infeksi di negara itu meningkat menjadi 167.442 mengikuti pertumbuhan eksponensial hingga Mei 2020. Ada kekhawatiran bahwa negara ini akan menjadi episentrum baru untuk penyakit di Asia, menyusul tingkat infeksi yang sangat rendah sebelumnya pada pandemi.(*/tri)

Berita Terkait
News Update