Saling Memaafkan

Kamis 28 Mei 2020, 06:45 WIB
Ilustrasi kopi pagi. (ist)

Ilustrasi kopi pagi. (ist)

Karenanya tidak perlu malu berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana dari sebelumnya. Lebih baik dari sebelumnya.

Kesalahan bukanlah sebuah aib yang tak ada gunanya, justru kesalahan diri sendiri menjadikan seseorang sebagai pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Yang terpenting adalah setelah berbuat salah segera meminta maaf dan segera memperbaikinya melalui aksi nyata, bukan sebatas kata, tulisan atau ungkapan yang penuh retorika.

Aksi nyata sebagai bukti keikhlasan jiwa, ketimbang komentar yang tak diikuti dengan perbuatan seperti sering dikatakan dengan istilah " perbuatan tidak sesuai dengan ucapan" atau "ucapan tidak sepadan dengan perbuatan".

Kita berharap para elit politik dan  pejabat negeri, para pimpinan di tingkatan manapun meneladani aktivitas nyata untuk meminta maaf, jika keliru berkomentar atau pun tidak tepat mengambil kebijakan.

Sebaliknya memberi maaf sebelum orang yang salah meminta maaf. Sebab, tak selamanya orang berbuat salah. Jangan pula karena satu kesalahan menghapus seribu  samudera kebaikan yang pernah orang lain lakukan.

Kebaikan tetap kebaikan. Agama apa  pun mengajarkan siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut. Jika tidak ada waktu memujinya, setidaknya mendoakan kebaikannya.

Lupakan kesalahannya, kenang kebaikannyabepanjang masa, sekecil apa pun kebaikan yang telah dilakukan.

Mari kita saling memaafkan.

Pepatah mengatakan " Hanya mereka yang kuat yang mampu mengucapkan kata maaf, namun bagi mereka yang mampu memaafkan adalah orang yang lebih kuat."(*).

News Update