ADVERTISEMENT

Pemerintah Harus Jujur Ungkap Situasi Saat Ini Sebelum Terapkan 'New Normal'

Kamis, 28 Mei 2020 11:30 WIB

Share
Pemerintah Harus Jujur Ungkap Situasi Saat Ini Sebelum Terapkan 'New Normal'

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Berkali-kali pemerintah wacanakan pelonggaran PSBB dan juga akhir-akhir ini sering gunakan idiom "new normal" agar masyarakat siap untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.

Menanggapi hal ini,  Wakil Ketua Fraksi PKS, Sukamta mengatakan, pemerintah harusnya jujur sampaikan situasi dan kondisi yang ada saat ini. 

Hal ini mengingat berbagai wacana yang muncul dari pemerintah seakan-akan situasi sudah semakin membaik sehingga direspon masyarakat dengan mulai melonggarkan aktivitas. 

Sukamta mencatat ada lima persoalan mendasar sejak awal penanganan Covid-19 oleh pemerintah. Pertama, tidak pernah ada kejelasan grand desain penanganan virus corona. Bahkan setelah masa tanggap darurat berjalan hampir 3 bulan tidak jelas tahapan apa saja yang akan dilakukan selain hanya pandai berwacana soal pelonggaran PSBB dan "new normal". 

"Padahal kejelasan tahapan itu penting tidak hanya dalam upaya penanganan pandemi tetapi juga menjadi rujukan bagi dunia pendidikan, dunia usaha, pariwisata dalam memulai kembali aktivitasnya," Sukamta, Kamis (28/5/2020).

Yang kedua menurut Sukamta, persoalan mendasar ada pada sistem koordinasi. Sejauh ini tidak terlihat jelas garis komando antara presiden, kementerian dan gugus tugas dan pemerintah daerah.

"Rabu,  (27/05/2020) Presiden berstatemen menagih lagi jajarannya target uji spesimen 10 ribu per hari yang sudah dia pesan beberapa bulan yang lalu. Pesan ini tidak jelas ditujukan kepada siapa, apakah Menteri Kesehatan atau Gugus Tugas atau menagih dirinya sendiri sebagai komando tertinggi. Ini semakin menunjukkan selama ini tidak ada koordinasi yang baik di pemerintah pusat. Sementara komunikasi dengan daerah juga seperti dalam soal pengaturan transportasi yang simpang siur,' katanya.

Sudah begitu, lanjutnya,  Presiden mengatakan daerah harus mampu mengendalikan penyebaran Covid-19 sebelum menerapkan new normal. "Ini kan artinya lempar tanggung jawab," katanya.

Ketiga, dari pernyataan presiden soal menagih target uji spesimen menunjukkan bahwa selama ini tes Covid-19 masih jauh dari optimal, karena hanya 2 kali yang bisa lebih dari 10 ribu uji spesimen. 

Sementara angka-angka yang diumumkan setiap sore oleh Jubir Gugus Tugas tidak memberikan gambaran nyata penyebaran virus. Banyak ahli epidemiologi yang mengkritik soal ini. Ini artinya jika kurva Covid-19 yang tersaji hingga saat ini tidak bisa menjadi rujukan dalam membuat kebijakan pelonggaran karena masih terbatasnya pengujian yang dilakukan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT