ADVERTISEMENT

Cegah COVID Phobia, RS Harus Ketat Terapkan Protokol Kesehatan

Kamis, 28 Mei 2020 23:55 WIB

Share
Cegah COVID Phobia, RS Harus Ketat Terapkan Protokol Kesehatan

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA – Tidak bisa dipungkiri selama pandemi COVID-19, banyak masyarakat ketakutan berlebihan untuk keluar rumah karena takut ketularan COVID-19, termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit (RS). Hal inilah yang disebut dengan COVID Phobia. Padahal, itu malah berisiko adanya keterlambatan diagnosa penyakit non-COVID, terutama pada mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis.

Untuk itu, RS Siloam TB Simatupang menerapkan protokoler keamanan demi memastikan keamanan pasien dan menghilangkan covid fobia saat ke rumah sakit.  

Dokter spesialis paru Siloam Hospitals TB Simatupang dr Henie Widowati SpP mengatakan guna memutus rantai penularan COVID-19, berbagai imbauan telah dikeluarkan mulai dari pemakaian masker, cuci tangan, hingga pembatasan aktifitas di luar rumah. Mengingat penulaaran virus ini terjadi akibat adanya droplet atau percikan air liur ataupun bersin dari orang yang positif COVID-19. Misalnya saja himbauan bagi mereka yang ingin ke rumah sakit apabila kondisi tidak terlalu darurat.

“Himbauan seperti ini bisa membantu dalam jangka waktu pendek. Namun, jika dalam kondisi terlalu lama ini bisa menjadi bom waktu,” ungkapnya 

Menurut dr Henie, data di Amerika Serikat (AS) menyebutkan terlalu lama masyarakat dalam keadaan lockdown berisiko memicu frutasi yang pada akhirnya bisa membuat COVID Phobia (fobia). Hal itu terjadi akibat seseorang akan merasa sangat ketakutan keluar rumah dan tertular COVID-19. Ini pun menjadi alasan para pasien untuk enggan datang ke rumah sakit. Sehingga berisiko adanya keterlambatan diagnosisi penyakit non-COVID dan membuat angka kematian menjadi lebih tinggi.

“Ini perlu diwaspadai untuk khalayak umum, terutama pada mereka yang memiliki penyakit berat dan kronis, seperti jantung, diabtes, dan lainnya. Jika memang ada gejalanya tetap harus ke rumah sakit. Tentunya dengan jaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan,” jelas dia.

Tidak hanya itu,dr Henie menambahkan kehawatiran akan para pasien yang memerlukan obat rutin akan menebus obatnya sembarangan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Hal ini membuat mereka kebanyakan menebus obat di toko obat, mengingat apotik memerlukan resep dokter dalam memberikan obat rutin tersebut.

Kekhawatiran yang muncul adalah pertama, tidak ada kepastian obat yang dijual asli atau palsu. Kedua, sebenarnya dengan kontrol rutin dokter ingin memastikan dan menilai perjalanan penyakit apakah bisa dikontrol dengan dosis yang sama.

“Hal inilah yang belum disadari oleh pasien itu sendiri yang malah akan membahayakan pasien itu sendiri,” tegasnya.

Untuk itu, lanjut dr Henie, diperlukan protokoler keamanan yang diterapkan rumah sakit selain untuk pasien non-COVID. Demi memberikan kepastian keamanan kepada para pasien sehingga bisa dilayani dengan baik. Menjawab hal ini, Siloam Hospitals TB Simatupang teah menerapkan protokoler keamanan yang diberlakukan bahkan sejak awal pandemi ini terjadi. Mulai pre hospital, screening, hingga pelayanan saat di rumah sakit.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT