“ALHAMDULILLAH, Lebaran jadi juga ya. Semoga Bapak Ibu menikmati suasana Lebaran yang berbeda. Tapi, hati tetap bahagia, walau di rumah saja,” ucap sahabat Bang Jalil dari jarak jauh.
Memang ini adalah suasana hari raya yang beda. Dalam sejarah Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Bahkan sepanjang hidup Bang Jalil baru kali ini mengalami. Ini sejarah, katanya.
Lebaran dalam suasana dan perasaan yang bercampur aduk, senang dan sedih berbarengan. Bayangkan saja, masyarakat sedang berjuang melawan virus Corona yang sebegitu liar kemana-mana mengancam kesehatan jiwa manusia. Sebagian ada yang bersedih karena kehilangan anggota keluarganya. Sebagian sedih karena keadaan ekonomi, sebagian bersedih karena nggak bisa memeluk ibu bapaknya. Ya, banyaklah kesedihan karena situasi dan kondisi.
“ Tapi, Lebaran tetap berjalan. Setelah sebulan puasa, umat manusia yang beriman mencoba mendekatan diri pada Yang Maha Kuasa. Dalam suasana sesulit apapun, mereka tetap menjalankan ibadah sambil melawan Corona!” ujar sabat.
“ Satu satunya jalan memang harus kita lawan!” jawab Bang Jalil.
“ Iya Pak. Lawan terus, jangan kendor!” ujar sang istri.
“ Kita Lebaran di rumah saja, malah nggak cape,” kata Bang Jalil lagi.
“ Nggak mikirin uang buat jalan-jalan, ya Pak?” goda sang istri.
Bang Jalil tersenyum, dia bicara dalam hati, semuanya ada hikmahnya. Lebaran kan bukan soal jalan jalan,atau mudik, tapi bagaimana bisa bersabar untuk mengelola hati menjadi bersih, walau di rumah saja. (massoes)
.jpeg)
.jpg)
.jpeg)
.jpg)
.jpeg)
