Duda Manjakan Syahwat Bawa-bawa Wakil Rakyat

Jumat 22 Mei 2020, 07:30 WIB

DUDA Martaji (50), memang masih tokcer dia punya “taji”. ABG anak tetangga, Mardisih (16), dicabuli 10 kali sampai hamil 7 bulan. Ketika  mau diproses hukum Martaji minta tolong temannya yang jadi anggota DPRD Gresik untuk bisa membebaskan dari jeratan hukum. Wakil rakyat masak mengurusi soal syahwat?

Jadi duda jika usianya di atas 60 tahun, takkan merasa begitu kesepian atas ketiadaan istri. Dia lebih fokus mencari pahala, ketimbang memikirkan paha. Tapi menyandang status duda dalam usia 50 tahun, itu yang bahaya. Bagi kaum lelaki, usia 40-50 itu tergolong masih ganas-ganasnya. Dia bisa berbuat nekat gara-gara masalah syahwat.

Martaji dari Desa Entah Berentah Kecamatan Auah Gelap Kabupaten Gresik (Jatim), salah satu duda yang berani bervivery verycoloso (nyerempet bahaya) sebagaimana kata Bung Karno dulu. Sejak ditinggal istrinya beberapa tahun lalu, dia benar-benar kesepian. Soal perut bisa beli makanan di warung. Tapi yang di bawah perut, inilah problem multidimensi dalam kehidupan Martaji.

Martaji biasanya bisa unjuk “taji” dua kali seminggu sesendok makan, sekarang jadi ngaplo dan cotho (bengong) karena malam hari tak lagi punya kegiatan yang penuh makna. Mau nikah lagi, tak semudah itu karena harus konsultasi pada anak-anaknya. Padahal biasanya melarang bapaknya nikah lagi, dengan alasan “Wis tuwa arep ngapa maneh ta Pak (sudah tua mau ngapain lagi).”

Padahal Martaji masih perlu dan doyan “ngapa-ngapa” tersebut. Dan di sinilah ganasnya duda. Ketika tetangga dekat rumahnya punya anak gadis ABG, dia nafsu banget melihat penampilan Mardisih, yang nampak seksi menggiurkan dalam masa pertumbuhan. Jika pertumbuhan ekonomi negara kini tinggal 2,5 persen gara-gara Covid-19, pertumbuhan badan Mardisih makin ke sini semakin menjanjikan.

Padahal jika diurut-urut, Mardisih ini masih keluarga juga. Kok bisa-bisanya Martaji punya cipta-rasa-karsa terhadap ABG itu. Awalnya memang begitu, tapi sejak setan mulai memprovokasi lewat Martaji lewat WA, niat buruk itu mulai muncul. “Jangankan saudara jauh, yang ponakan sendiri saja kini banyak dibuat “penak-penakan”. Maka sikat saja Bleh…..,” kata setan saat menjapri Martaji.

Nah, sejak itu Martaji mulai melobi gadis ABG itu. Saking lihainya, Mardisih terpedaya juga. Dengan dikasih uang Rp50.000,- Martaji bebas unjuk “taji”-nya. Aksinya bukan di hotel berbintang atau kelas melati, cukup di kandang ayam, disaksikan babon dan jago.

Demikianlah, entah berapa kali adegan mesum itu berlangsun, tahu-tahu Mardisih halim 7 bulan. Wah, tentu saja keluarga gadis itu kelabakan. Makin kelabakan lagi ketika praktisi mesum itu ternyata malah Martaji yang masih keluarga sendiri. Maka duda celamitan itu dilaporkan polisi. Tapi di depan polisi masih juga berkelit, “Lho, saya kan bayar juga, jadi apa salahnya wong sama-sama rela.”

Meski belum ditahan Martaji ngeri juga jika nanti ada tuntutan hukum. Maka melalui kawannya yang jadi anggota DPRD Gresik, minta supaya keluarga Mardisih bisa diajak RDP yang di sini berarti: Rundingan Dengar Pendapat. Namanya pada teman, mas wakil rakyat itu melobi orang tua Mardisih. Demi kebaikan bersama, laporan ke polisi supaya dicabut, nanti ada uang kompensasi senilai Rp500 juta hingga Rp1 miliar.

Sebetulnya Martaji pusing juga, gara-gara “taji”-nya yang mendel (menghantam) sawah sepetak tak seberapa luas, harus kehilangan sehektar sawahnya. Tapi keluarga Mardisih tak peduli. Enak saja, urusan kehormatan keluarga kok dibarter dengan uang hanya Rp1 miliar, lha mbok Rp1 triliun juga tak bakal diterima. Maka Martaji tetap dilaporkan ke polisi dan ditahan. Ancamannya, 15 tahun penjara. 

Impas dah, 15 menit diganti dengan 15 tahun di tembok dingin. (kc/gunarso ts)

News Update