ADVERTISEMENT

Haruskah Paranoid Dengan Pandemi Covid 19 (Bagian 2)

Rabu, 20 Mei 2020 07:00 WIB

Share
Haruskah Paranoid Dengan Pandemi Covid 19 (Bagian 2)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Oleh : dr. Andrianto Purnawan SpBS
(Ketua Tim Pelakasana Percepatan Partisipasi Masyarakat Penanggulangan Covid PB IDI)

Pada bagian pertama kami sudah menjelaskan mengapa manusia selalu panik bahkan paranoid ketika ada isu penyakit infeksi menular. Ini tidak lain karena dalam perjalanan sejarah manusia, penyakit infeksi menjadi ancaman eksistensi kehidupan ini, di samping ancaman perang dan laporan.

Bahkan sampai era milenial ini pun, kadangkala masih ada manusia yang lebih mudah menyebut penyakit wabah itu sebagai akibat cuaca buruk, santet, setan jahat, atau Tuhan yang marah, dan tidak mencurigai keberadaan bakteri dan virus.

Kerajaan Maya, Aztec dan Inca musnah bukan karena perang melawan orang- orang Eropa tapi terutama karena wabah cacar, flu, pes, sifilis, tipes dan tuberkulosis. Epidemi ini terus berlangsung dan membunuh puluhan juta manusia hingga paruh pertama abad 20.

Kejadian atau dampak dari epidemi menurun drastis dalam beberapa dasawarsa. Secara khusus, angka kematian anak-anak global ada pada tingkat paling rendah dalam sejarah, kurang dari 5% anak mati sebelum memasuki usia dewasa, padahal sebelumnya sepertiga anak gagal mencapai usia remaja.

Keajaiban di atas adalah berkat pencapaian ilmu kedokteran abad ke-20, yang belum pernah terjadi sebelumnya dimana mulai tersedia vaksinasi, antibiotik, tranfusi darah, ilmu kesehatan yang memadai, dan infrastruktur yg lebih baik.

Sebut saja kampanye vaksinasi cacar yang sangat sukses, sehingga di tahun 1979 WHO mendeklarasikan manusia telah menang melawan cacar, dan bahwa cacar (smallpox) telah dilenyapkan sepenuhnya.

Ini adalah epidemi pertama yang pernah dienyahkan dari muka bumi. Padahal di tahun 1967, cacar masih menginfeksi 15 juta manusia dan membunuh 2 juta di antaranya Tapi di tahun 2020, tak ada lagi manusia terinfeksi atau terbunuh oleh cacar. Kemenangan yang sangat sempurna, sehingga WHO menghentikan vaksinasi cacar.

Selepas abad ke 20, beberapa kali kita dicemaskan ledakan potensial wabah baru seperti SARS tahun 2002, flu burung tahun 2005, flu babi tahun 2009, ebola tahun 2014.  Tapi berkat langkah-langkah penanggulangan yang efektif, insiden penyakit tersebut sejauh ini bisa dibilang sedikit menimbulkan korban meninggal.

SARS awalnya menimbulkan ketakutanmanusia sebagai “new blackdeath”, tapi ternyata hanya mengakibatkan kematian kurang dari 1.000 manusia di seluruh dunia yang masih kalah jauh dibandingkan dengan “blackdeath” yang menelan korban lebih dari 100 juta jiwa.

Hingga akhirnya muncul pandemi Covid 19 yang telah menjadi hot isu sejak awal tahun 2020 sampai dengan hari ini. Diperkirakan hingga Senin, 18 April 2020, tercatat 4.805.186 orang yang terinfeksi Covid 19 di seluruh dunia dengan angka kematian 316.750 (6,59 %) dan yang sembuh 1.860.036 (38.7 %).

Di Indonesia sampai 18 April 2020, tercatat 17.514 kasus, dengan angka kematian 1148 (6.55 %) dan yang sembuh 4,129 (23.57 %). Jika dilihat secara persentase, sebenarnya angka kematian Covid tercatat terbilang kecil (6,59 %) jika dibandingkan dengan angka kematian infeksi lainnya seperti ebola (36,66 %), MERS (34.9%), SARS COV (15 %).(*)

 

ADVERTISEMENT

Reporter: Guruh Nara Persada
Editor: Guruh Nara Persada
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT