ADVERTISEMENT

Haruskah Paranoid dengan Pandemi Covid-19

Selasa, 19 Mei 2020 07:00 WIB

Share
Haruskah Paranoid dengan Pandemi Covid-19

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Oleh: dr.  Andrianto Purnawan SpBS

(Ketua Tim Pelakasana Percepatan Partisipasi Masyarakat Penanggulangan Covid PB IDI)

COVID-19 telah menjadi hot issue sejak awal tahun 2020 sampai hari ini. Melansir data dari Worldometer hingga Selasa (19/5/2020) pagi, jumlah total infeksi virus corona di dunia adalah sebanyak 4.885.738 kasus. Dari jumlah tersebut telah terjadi 319.819 kematian.Sementara itu, 1.903.134 telah dinyatakan sembuh.

Di Indonesia sampai Senin (18/5/2020), tercatat 18.010 kasus, dengan angka kematian 1.191  dan yang sembuh 4.324. Jika dilihat secara persentase, sebenarnya angka kematian Covid tercatat terbilang kecil (6,59 %) jika dibandingkan dengan angka kematian infeksi lainnya seperti ebola (36,66 %), MERS (34.9%), dan SARS COV (15 %).

Namun yang jadi pertanyaan, kenapa manusia selalu panik bahkan paranoid ketika ada isu penyakit infeksi menular? Hal ini tak lain karena dalam perjalanan sejarah manusia, penyakit infeksi menjadi ancaman eksistensi kehidupan ini, di samping ancaman perang dan kelaparan.

Meskipun secara faktual, sejak paruh kedua abad 20 infeksi bukan lagi ancaman kepunahan bagi kehidupan manusia. Wabah penyakit infeksi yang paling terkenal dalam perjalanan kehidupan manusia adalah “black death”, yang muncul di Asia tengah dan timur pada sekitar tahun1330.

Diawali bakteri Yersinia pestis yang menempel pada kutu tikus dan menginfeksi manusia yang terkena gigitan kutu  ini. Lalu dimulailah cerita horor mengerikan pandemi penyakit ini (dikenal dengan penyakit pes) yang menelan korban lebih dari 100 juta orang meninggal.

Dari Asia Tengah, wabah ini dengan cepat menyebar ke seluruh Asia, Eropa dan Afrika Utara dan hanya kurang dari 2 tahun, epidemi pes ini sudah mencapai seluruh pesisir samudera atlantik dengan lebih dari seperempat populasi Eurasia saat itu meninggal karena wabah ini.

Mimpi buruk di Eropa dimulai bulan Oktober 1347 ketika 12 kapal bersandar di Pelabuhan Messina Sisilia. Terjadi kehebohan, karena hampir semua awak kapalnya meninggal, dan yang masih hidup pun mengalami kondisi mengerikan, di mana darah merembes di sekujur tubuhnya dan bernanah, dan akhirnya meninggal.

Pihak otoritas Sisilia memerintahkan “deathship” segera keluar meninggalkan pelabuhan. Namun sudah terlambat karena dalam 5 tahun berikutnya “Black Death” membunuh lebih dari 20 juta penduduk di Eropa.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT