ADA oknum Babinsa dan polisi tembak-tembakan di Sulsel. Polisi N bener-bener tembak Serda S, pakai pistol, karena dipergoki sedang “nembak” istrinya pakai senjata laras pendek. Tak ada korban jiwa kecuali hanya luka-luka. Tapi luka hati Bripka Nurhakim semakin dalam.
Anggota TNI atau polisi, sering mendapat tugas mendadak, sehingga harus lama meninggalkan keluarga. Bagi yang sudah senior atau tua, itu tak begitu jadi masalah. Tapi untuk yang muda-muda, jauh dari istri bisa jadi kesepian. Istrinya begitu pula, jauh dari suami juga terasa hari-hari demikian panjang tanpa makna. Di sinilah ujian antara iman dan si imin dimulai.
Pasangan suami istri N–W, selama ini tinggal di Jeneponto, di rumah sendiri. Beberapa bulan lalu N dipindahtugaskan ke Makasar, 91 Km ke arah utara. Untuk sementara waktu istri ditinggal di Jeneponto, dan N kembali ke Jeneponto sebulan sekali dalam rangka setor benggol dan bonggol.
Ny W memang masih muda dan demikian enerjik, maka sebulan sekali baru ketemu suami, sungguh jadi kesepian. Ibarat orang minum obat, biasanya seminggu 2 kali sesendok makan, sekarang baru ketemu sebulan sekali 1 sendok makan. Kurang dong! Apa lagi kadang timingnya tidak tepat. Pas suami datang, Ny. W dalam kondisi “zona merah” yang tak boleh dijamah meski tak ada hubungannya dengan virus Corona.
Adalah oknum Babinsa S, yang tinggal tak jauh dari rumah W. Dia rupanya sudah lama mencermati gerak-gerik bini N yang sering ditinggal suaminya. Kenapa dia mendadak jadi pengamat bini orang? Ya karena W ini lumayan cantik seperti artis Wulan Guritno. Asal melihat lenggang-lenggok W lewat depan rumahnya, mendadak oknum Babinsa ini jadi gagal fokus.
Tiba-tiba setan mendekati S, lalu ditanya, “Ente berminat? Tembak saja, gue siap jadi beking.” Benar-benar Babinsa ini memperoleh tambahan semangat. Sebab biasanya istri yang jauh dari suami jadi “ganas” karena mengacu prinsip tak ada rotan akar pun berguna.
S mulai mendekati W yang sebetulnya memang kesepian. Maka gayung pun bersambut, hanya satu putaran W-S sudah lengket seperti prangko. Di malam-malam tertentu oknum Babinsa ini menyatroni rumah Wulan. Perbuatan terkutuk pun terjadi dengan cara seksama dalam tempo sesingkat-singkatnya. Maklum durasinya dibuat pendek karena takut ketahuan orang.
Demikianlah, bila situasinya kondusif S pasti menyatroni rumah W. Tapi yang terjadi beberapa hari lalu sungguh di luar prediksi. Ketika keduanya sedang bergulat antara hidup dan mati, mendadak N pulang dari Makasar. Melihat lampu depan mati, dia mulai curiga bahwa ada apa-apa.
Begitu masuk ke kamar, ya ampun, kedua anak manusia itu tengah dimabuk asmara, berbuat bejat memburu nikmat. Melihat istrinya dalam penguasaan lelaki tetangga, oknum polisi itu jadi emosi. Bak cowboy Texas, dia cabut pistul dan dar der dor….ditembaklah keduanya. Untung “melinjo” dari pistol itu hanya melukai saja tanpa membuat keduanya KO untuk selamanya.
Penduduk pun segera berdatangan. Keduanya dilarikan ke Rumah Sakit, sedangkan N ditangkap polisi yang sekaligus juga rekan-rekannya sendiri. Dalam pemeriksaan, oknum polisi itu mengaku mendadak emosi melihat istrinya berbuat mesum di depan mata.
Masuk mesium lebih aman ketimbang berbuat mesum. (dc/gunarso ts)