JAKARTA - Semenjak bulan puasa, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) semakin banyak.
Seperti terlihat di kawasan Tamansari, Jakarta Barat, manusia gerobak dan pemulung bertebaran di pinggir jalan. Kebanyakan, mereka beristirahat dan tidak sedikit pula tertidur di depan ruko yang masih tutup.
Salah satu tunawisma yang ditemui di kawasan Tamansari, Dana (51), mengaku memang sudah lama menjadi pemulung setelah tak lagi memiliki pekerjaan pada 2014 silam.
Tak punya sanak saudara, maupun keluarga, akhirnya pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, ini memutuskan untuk mencari barang bekas dan daur ulang yang bisa ia jual ke pengepul. Sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia, biasanya Ia bisa mengantongi uang paling sedikit Rp50 ribu. Namun semenjak adanya pandemi ini, Ia mengaku hanya bisa mendapat uang Rp20 ribu.
"Sekarang paling sering Rp20 ribu tiap hari. Itu udah alhamdulillah untuk makan sehari-hari," ujar Dana ditemui di lokasi.
Ia mengaku, biasa mencari barang bekas atau botol-botol plastik di sekitar kawasan Glodok. Semenjak adanya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dirinya kesulitan mendapat barang bekas. Pasalnya, tak banyak barang yang bisa ia kumpulkan dari rumah maupun dari jalan. Terlebih banyak toko yang harus tutup selama masa PSBB.
Lebih lanjut Ia mengatakan, diri tak mampu berjalan terlalu jauh untuk mengumpulkan barang-barang itu. Alasannya, kakinya membengkak setelah terkena liver sejak 6 tahun lalu.
Karena tak punya biaya, ia pun terpaksa menahan sakit setiap harinya agar bisa memakan sesuap nasi. Berjalan dari satu rumah ke rumah lain dan berharap mendapat barang-barang bekas yang dapat ia jual ke pengepul.
"Saya nggak punya biaya untuk berobat. Uang hasil ini cuma cukup untuk makan. Tinggal aja saya di pinggir jalan, di jembatan sana, jembatan Olimo. Saya nggak mungkin untuk ke rumah sakit, jadi saya tahanin aja," aku Dana.
Selama menjadi tunawisma, Ia mengaku belum pernah terjaring oleh Satpol PP. Menurutnya, petugas Satpol PP biasa menjaring para PMKS yang berkumpul di pinggir jalan atau yang tengah mengemis maupun mencari barang bekas.
"Setahu saya yang dijaring yang di pinggir jalan lagi pada ngumpul, tapi kalau lagi tidur nggak diangkut. Makanya saya kalau istirahat siang itu milih ke ruko-ruko di dalam gang yang sudah tutup. Kalau malam baru tidur di jembatan," ungkap Dana.