JAKARTA – Pemerintah melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) guna menyikapi eskalasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di lahan gambut.
Rencana TMC berupa hujan buatan ini akan dilaksanakan pada awal Mei, setelah mempertimbangkan prediksi BMKG bahwa masih tersedia potensi bibit awan dan mendekati Juni curah hujan akan mengalami penurunan.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan, kondisi di Sumatera mengalami peningkatan karhutla. Oleh karenanya, Ia menilai, hal itu perlu diantisipasi dengan upaya pencegahan melalui pendekatan dari darat dan udara.
"Pencegahan karhutla melalui udara bisa dilaksanakan dengan TMC untuk membasahi gambut, mengisi embung dan kanal yang sudah dibangun. Sedangkan pencegahan karhutla terus dilakukan melalui patroli terpadu serta memeriksa kondisi sumur bor dan sekat kanal supaya senantiasa berfungsi baik, dan siap digunakan," ujar Alue dalam keterangan tertulis, Selasa (27/4/2020).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal KLHK Bambanh Hendroyono mengatakan, pengendalian karhutla harus melibatkan semua pihak. Baik dari Pemerintah maupun pihak terkait yang bertanggung jawab pada area konsesi.
"Biaya TMC cukup besar, jadi harus dilakukan pada area prioritas yang terjadi karhutla berulang selama lima tahun terakhir, sehingga lokasi turunnya hujan buatan hasil penyemaian awan bisa secara efektif mencegah karhutla," kata Bambang.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Ruandha Agung Sugardiman mengungkapkan, hingga saat ini, khususnya di Sumatera, Manggala Agni di 17 Daops senantiasa siaga melakukan pencegahan dan pemadaman.
"Selama tahun 2020 sampai saat ini, patroli udara dan waterbombing di Provinsi Riau telah melibatkan sembilan unit helikopter, dengan air yang sudah dijatuhkan lebih dari 11 juta liter. Sedangkan TMC sudah dilakukan sebanyak 27 sorti dengan menaburkan lebih dari 21 ton garam," jelas Ruandha.
Berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level ≥80% perbandingan total jumlah hotspot tahun 2019 dan 2020 (tanggal 1 Januari – 27 April 2020) sebanyak 746 titik, pada periode yang sama tahun 2019 jumlah hotspot sebanyak 1.186 titik (terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 440 titik / 37,10 %). (firda/tri)