Harus diakui anak generasi 'Z' sering dinamkan "digital native" kurang mau mendengar masukan orang yang sifatnya menggurui, kurang bisa bersosialisasi dengan orang yang lebih tua. Makanya pola pengasuhan dan pengontrolan harus disesuaikan.
Wanita era kini, zaman now dituntut kepekaan terhadap perkembangan teknologi, utamanya mengeliminir dampak negatif yang bakal timbul. Itulah sebabnya, wanita era kini, siapa pun dia, apa pun status sosial ekonomimya, profesinya, sebagai calon ibu rumah tangga, perlu terus menerus mengedukasi diri, agar tidak gagap teknologi. Mampu membangun komunikasi secara transparan dengan putra-putrinya, kapan pun, di mana pun dan pada situasi apa pun. Perlakukan anak sebagai sahabat atau teman untuk bisa curhat.
Sedapat mungkin mampu melindungi keluarga dari pengaruh negatif dampak media sosial digital yang sekarang lagi digandrungi.
Mengarahkan anak menggunakan teknologi secara positif. Bukan sebaliknya ikut menyebarkan hoax dan ujaran kebencian, sikap radikalisme dan intoleransi.
Dan, tak kalah pentingnya adalah menjadi panutan setidaknya bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Keteladanan yang harus diikuti dengan perbuatan, bukan sebatas kata.
Ini sejalan dengan kehendak generasi era kini yang lebih melihat realita, ketimbang ucapan tanpa makna, apalagi tanpa karya nyata.
Jika dikatakan tantangan wanita era kini lebih berat dan beragam, cukup beralasan.
Tetapi dengan keteladanan seorang wanita, generasi era kini akan lebih menghargai.
Dengan kelembutan dan kasih sayang serta kesabaran yang melekat dalam diri seorang wanita, beragam tantangan akan dapat tersingkirkan.
R.A. Kartini telah berpesan hadapi sesuatu masalah dengan senyuman.
"Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain terutama wajah yang kita cintai."
Yang pasti siapa pun tak memungkiri di tangan wanita lah masa depan bangsa. "Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu."