Oleh Harmoko
SETIAP melewati bulan April, kita selalu ingat akan sosok pejuang wanita, yang dikenal dengan nama Raden Ajeng Kartini.
Perjuangan wanita zaman dulu dan sekarang tentu beda. Bukan saja cara dan polanya, juga situasi dan dan kondisinya. Beda pula peluang yang tersedia dan tantangan yang dihadapi.
Begitu pun tugas yang dihadapi seorang wanita ketika harus mendidik anak- anaknya, putra- putrinya, sebagai tugas utama seorang wanita.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kian dituntut kecerdasan seorang wanita, baik yang masih lajang, menjadi calon ibu atau sudah menjadi seorang ibu.
Kecerdasan mengikuti perkembangan teknologi, agar tidak kalah dengan anak-anaknya. Bagaimana mungkin dapat melakukan kontrol, jika ia sendiri tidak memahami apa yang sedang digandrungi buah hatinya.
Cerdas pula mengikuti perkembangan informasi agar dapat menjadi filter bagi beragam info yang dengan mudah didapat.
Di era digital seperti sekarang ini, di mana dunia seolah tanpa batasan ruang dan waktu, beragam info dapat diakses kapan saja, di mana saja, sepanjang memiliki kemampuan untuk mengaksesnya.
Di era kekinian, perlu sentuhan khusus dalam mengedukasi generasi milenial.
Kelembutan, kesabaran, ketelatenan dan kasih sayang yang tak terhingga dari seorang ibu dapat memberi sentuhan tersendiri. Dapat memadukan karakter generasi milenial yang cenderung idealis, praktis, dan kurang menyukai sebuah proses.
Ini karakter generasi milenial yang saat ini berusia produktif, di atas 20 tahun, di bawah 40 tahun. Belum lagi karakter generasi di bawahnya yang lahir setelah tahun 2.000 an yang sering disebut generasi "Z".