Mereka Mundur dari Istana di Swasta Lebih Bermafaat

Senin 27 Apr 2020, 08:38 WIB

KARENA salah-gunakan kop Sekretaris Kabinet dan dituduh KKN, dua staf khusus Presiden Jokowi masing-masing Adamas Balva dan Andy Taufan, akhirnya kompak mundur dari Istana. Itu lebih baik buat mereka. Anak muda milenial tak bisa mengikuti gaya birokrat, di jalur swasta justru lebih bermanfaat untuk masyarakat.

Pada pemerintahannya periode ke-2 Presiden Jokowi mengangkat 7 staf khusus (stafsus) muda usia, berusia sekitar 30 tahunan. Mereka sukses dalam bidang keahliannya masing-masing, sehingga Presiden Jokowi tertarik untuk mengajak mereka memperkuat pemerintahannya. Bukan sebagai menteri, tapi masukannya diharapkan jadi bagian dari kebijakan presiden.

Sejak November 2019 hingga pertengahan April, berarti baru sekitar 6 bulan mereka bekerja. Tapi beberapa di antara mereka sudah ada yang salah langkah, lewat medsos masih ngomentari “kubu sebelah”, bahkan ada yang ngomentari berita hoaks.

Paling parah adalah sepakterjang stafsus Andy Taufan, karena dengan kop Sekretaris Kabinet dia menyurati seluruh Camat di Indonesia, agar membantu PT Amartha miliknya yang ikut menangani penanggulangan Covid-19. Juga perusahaan online Ruang Guru milik stafsus Adamas Balva, dinilai KKN karena ikut proyek pelatihan Kartu Prakerja yang berdana sampai Rp5,6 triliun.

Dua stafsus ini dibantai habis oleh warganet dan politisi. Minta maaf saja tidak cukup, dan mereka pun mundur. Kali pertama dilakukan oleh Adamas Balva dan kemudian menyusul Andy Taufan. Publik sih mengharapkan, stafsus penyebar berita hoaks dan yang berkomentar tentang “kubu sebelah” juga mengikuti jejaknya. Nyaris habis dong stafsus muda belia.

Pengamat hukum & tatanegara Refly Harun, tentunya menyambut baik mundurnya Adamas Balva dan Andy Taufan. Sebab sejak ke-7 stafsus itu diangkat, beliaunya memang sudah mengkritisi kebijakan Jokowi. Baginya, penarikan ke-7 stafsus muda itu justru merugikan para stafsus tersebut, juga publik yang selama ini telah merasakan gebrakan mereka sebagai generasi milenial.

Bagi Refly Harun, mereka cukup dijadikan “konsultan” saja, tak perlu harus diangkat resmi sebagai bagian dari pemerintahan Jokowi. Faktanya di Istana juga sekedar bagi pemanis belaka, karena tak bisa mengembangkan diri. Justru karena gagap akan birokrasi, akhirnya terjebak tindakan konyol dengan akibat dibantai.

Kini keduanya telah kembali ke habitatnya lagi. Biarkan mereka berinovasi sesuai dengan keahlian masing-masing. Di jalur swasta mereka malah bisa berkembang, ketimbang di Istana yang terbelenggu oleh birokrasi. (gunarso ts)

News Update