Pulang ke Rumah, Tidak Sama Dengan Mudik

Jumat 24 Apr 2020, 20:44 WIB
Terminal Kabupaten Bekasi.(junius)

Terminal Kabupaten Bekasi.(junius)

BEKASI - Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi, Yana Suyatna mengatakan tidak akan gegabah dalam memberikan sanksi terhadap para pengendara yang hendak keluar wilayahnya selama diberlakukannya larangan mudik oleh pemerintah. Sebab menurutnya, pulang ke rumah, tidak bisa disamakan dengan mudik.

"Kita tidak bisa samakan antara orang yang ingin pulang ke rumah dengan mudik. Kalau orang yang ingin pulang ke rumah adalah mereka yang berasal dari luar wilayah Jabodetabek dan ingin pulang ke rumah. Sementara pemudik adalah orang yang berasal dari wilayah Jabodetabek yang ingin pergi ke luar wilayah Jabodetabek. Makanya semua kendaraan yang melintas dan hendak meninggalkan wilayah Jabodetabek, kami data di sejumlah cek poin," kata Yana saat dikonfirmasi, Jumat (24/4/2020).

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bekasi telah menyiapkan sejumlah cek poin untuk mendapat para pengendara baik roda empat dan roda dua yang diduga hendak mudik. Selain itu, pihaknya juga telah menutup sejumlah terminal untuk menghentikan operasi bagi bus Antar Kota dan Antar Provinsi (AKAP). Meski demikian, masih ada saja para penumpang yang hendak pergi ke luar wilayah Jabodetabek.

Berdasarkan pantauan Pos Kota di beberapa terminal, para penumpang yang ingin pergi ke luar wilayah Jabodetabek biasanya menumpang taksi gelap. Seperti yang dilakukan Dadang (33) dan rekannya Ano (36) yang hendak pergi ke Garut. Menurut Dadang, ia terpaksa pulang ke rumahnya di Garut lantaran sudah tidak lagi memiliki pekerjaan di Bekasi. "Iya saya sama Ano baru putus kontrak kerja. Sekarang mau pulang ke Garut," akunya kepada Pos Kota.

Terkait adanya larangan mudik, Dadang mengaku sudah mengetahui hal itu. Meski demikian, Ano menambahkan bahwa ia dan Dadang tetap nekat pulang ke Garut karena sudah tidak memiliki tabungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup karena sudah tidak punya pekerjaan di Bekasi. "Daripada lama-lama di sini, saya gak punya uang lebih baik saya pulang ke rumah. Apalagi ini sudah mau lebaran," timpal Ano.

Keduanya bahkan rela membayar lebih mahal ongkos perjalanannya untuk pulang ke Garut karena terpaksa harus menggunakan taksi gelap. "Habis mau gimana lagi? Bis kan sudah gak ada di terminal, mau gak mau ya naik ini. Ongkosnya memang lebih mahal, tapi gak apa-apa yang penting bisa sampai rumah," lanjut Ano yang harus mengeluarkan kocek Rp180-200 ribu untuk satu kali perjalanan menuju Garut. (junius/ruh)

News Update