Saat sekarang ini diperlukan pemimpin di tingkat apa pun untuk berani terbuka mengakui kesalahan. Tanpa berani mengakui adanya kesalahan, dapat diduga, bahkan dipastikan, kesalahan yang sama akan berulang, atau kesalahan lain pun akan terjadi.
Kita harus yakin masyarakat tentu akan memaafkan sebesar apapun suatu kesalahan, jika ada niat dan usaha untuk memperbaiki. Pantas kiranya dipenuhi permohonan maaf selama bukan hanya kata - kata, tetapi juga dengan bukti nyata.
Lebih - lebih pitutur luhur mengajarkan "Orang bijak adalah orang yang menyadari kesalahannya, berani mengakuinya, mau memperbaikinya, dan mau belajar darinya."
Seseorang, siapa pun dia, harus cukup rendah hati untuk mengakui kesalahannya, cukup bijak untuk mengambil manfaat dari kegagalannya, dan cukup berani untuk memperbaiki kesalahannya.
Agama apa pun mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu rendah hati dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan, kemudian memperbaikinya.
Bukan sebaliknya sibuk mencari - cari kesalahan orang lain, tetapi diam- diam menutupi kesalahan diri sendiri.
Memang melihat kesalahan orang lain lebih gampang, ketimbang mengungkap kesalahan diri sendiri.
Kesalahan orang lain terletak pada mata kita, tetapi kesalahan sendiri terletak di punggung kita.
Kesalahan kita yang paling besar adalah saat kita sibuk mengurusi kesalahan orang lain, sementara lupa atas kesalahan diri sendiri.
Mari kita instrospeksi diri atas kesalahan yang terjadi, bukan malah menguak kesalahan orang lain demi menutupi keburukan sendiri.
Jangan berlaku seperti kata pepatah "Buruk muka cermin dibelah." (*).