Gunakan 42 Bahasa, Japelidi Kampanye "Stop Hoaks Corona!"

Jumat 27 Mar 2020, 08:05 WIB
Japelidi Kampanye Lawan Hoaks Covid-19. (mia)

Japelidi Kampanye Lawan Hoaks Covid-19. (mia)

PURWOKERTO - Maraknya informasi hoaks atau berita bohong terkait mewabahnya Coronavirus Disease 2019 (Covid-19 ) membuat Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) yang sebagian besar anggotanya dosen dari 78 perguruan tinggi di 30 kota di Indonesia, menyuarakan dan mengampanyekan 'Anti-Hoaks' dengan memberikan informasi akurat terkait Covid-19 ke dalam bentuk video dan poster edukatif bagi masyarakat Indonesia.

"Untuk mengimbangi banjir hoaks yang menyesatkan warga di saat pandemi ini, kami membuat beragam konten digital 'Jaga diri dan Jaga Keluarga' di dalam 42 bahasa daerah, selain bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin, supaya bisa lebih dekat dengan keseharian masyarakat kita yang majemuk," kata Novi Kurnia, Koordinator Japelidi, sekaligus Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, saat dihubungi Poskota.id, Kamis (26/3/2020).

Anggota Japelidi sekaligus Ketua Jurusan Program Magister Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si mengatakan sebagai lembaga yang kompeten pihaknya melakukan edukasi dan menyampaikan pesan-pesan komunikasi untuk masyarakat, agar tidak termakan isu negatif terkait wabah virus corona.

"Kita sangat prihatin dengan banyak beredarnya informasi hoaks tentang virus corona dan penyebarannya sehingga cenderung menimbulkan kepanikan dan keresahan untuk masyarakat. Kita perlu memberikan sosialisasi untuk menghentikan penyebaran informasi hoaks ini menggunakan langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan pengetahuan masyarakat," kata Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si.

Untuk menyebarkan konten berbahasa daerah tersebut, Japelidi bekerjasama dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) dan Komunitas 'Berbeda Itu Biasa'.

"Iya, di sini kita membantu menyebarkan informasi menggunakan bahasa Banyumasan melalui semua media yang ada, dengan tujuan mengedukasi masyarakat dan lebih memahamkan bila menggunakan bahasa daerah," papar dosen asal Kudus, Jawa Tengah ini.

Alumni Universitas Padjajaran ini mengatakan, saat ini di lingkungan kampus Unsoed telah ada 3 orang yang berstatus ODP, sehingga pimpinan Unsoed sudah memberikan langkah-langkah preventif untuk mencegah penyebaran virus corona dan memutus mata rantainya dengan melakukan sistem kuliah daring atau online.

"Meminta mahasiswa untuk tidak berkumpul di lokasi-lokasi umum, mengimbau untuk menjaga diri dan jarak sosial, segera periksa bila mengalami gejala-gejala panas, demam dan batuk, dan menganjurkan untuk tidak bepergian keluar kota bahkan keluar rumah bila tidak penting sekali untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona," jelasnya.

Pihak Unsoed juga telah melakukan upaya penyemprotan disinfektan untuk mencegah penyebaran virus corona di kampus dan masyarakat sekitarnya.

"Kita melakukan kerjasama dengan Japelidi dan instansi terkait untuk menyadarkan pentingnya literasi media di daerah Jawa Tengah bagian selatan yaitu Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara dan Kebumen, sebab ini tanggujawab kita semua, bukan sekedar tanggungjawab pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," sambungnya.

Penyebaran konten milik Japelidi dilakukan melalui akun Instagram (https://www.instagram.com/japelidi/?hl=en) dan Twitter (https://twitter.com/japelidi?lang=en) Japelidi. Selain itu juga dilakukan melalui akun media sosial dan grup WhatsApp para anggota Japelidi yang berjumlah 163 orang dengan membagikan poster digital seperti 'Jaga diri dan Jaga Keluarga', 'Perlindungan Data Pribadi' dan 'Sumber Informasi Terpercaya', serta videografik tips menemani anak belajar di rumah.

News Update