Covid-19 Tak Kenal Pejabat, Juga Tak Takut Paranormal

Senin 23 Mar 2020, 06:20 WIB

MENYIKAPI wabah Corona ternyata beraneka macam ulah anak bangsa. Ada yang bahu membahu menekan penyebarannya dengan versi masing-masing. Ada yang malah nyukurin pemerintah, ada yang minta proritas karena dirinya wakil rakyat. Padahal Covid-19 tak mau kenal dan tak peduli dengan pejabat maupun paranormal.

Ngeri memang, baru awal saja korban virus Corona per hari kemarin sudah mencapai 514 orang, sementara yang meninggal 38. Pada bulan Mei sebagai puncaknya, berapa lagi akan jatuh korban? Gara-gara virus ini ekonomi jadi melesu dan dolar pun bergerak naik sampai Rp16.000. 

Tapi kondisi ekonomi demikian masih ada juga yang nyukurin pemerintah. Seorang aktivis bicara di Twitter, rupiah menguat sampai Rp10.000 tapi ongkos kirimnya Rp5.000 dan biaya administrasi Rp 1.000.

Ini kan sama saja meledek gara-gara Corona ekonomi kita terpuruk. Padahal dia sendiri sumber ekonominya juga di sini.

Paling ironis, di saat petugas medis seluruh Indonesia bahu membahu memerangi ganasnya Covid-19, masih ada wakil rakyat merasa warga negara kelas I. Sekelompok anggota DPRD yang baru pulang dari kunker ke NTB, tak mau diperiksa petugas medis setibanya di Blora.

“Kami setingkat bupati, tak mau diperlakukan seperti ini,” kata seorang wakil rakyat itu. Agaknya dia merasa bahwa terjangkit Corona itu sebagai aib,

Di Belitung beda lagi. Demi menangkal persebaran virus Corona, bupati setempat menggandeng sejumlah paranormal dan dukun. Dengan bakar kemenyan dan tabur kembang ditambak jampi-jampi lewat komat-kamitnya mulut, diyakini virus Covid-19 akan lari terbirit-birit.

Padahal yang namanya virus Corona, dia tak pernah peduli apakah calon korbannya itu anggota DPRD atau bupati. Jangankan bupati dan walikota, menteri saja bisa terpapar. Jadi apapun predikat Anda tidak laku. Bukti SK Anda sebagai wakil rakyat hanya laku ketika dipakai untuk ambil kredit di bank.

Begitu pula buat kalangan paranormal mbah ini mbah itu, virus Covid-19 tak bisa ditaklukkan dengan bakaran kemenyan dan rendaman kembang.

Yang real dan terbukti efektifitasnya, Kepala Daerah hendaknya meniru apa yang dilakukan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Dia menyiapkan ribuan masker jangan pula distigma: menimbun masker.

Presiden Jokowi kemarin sudah menegaskan, takkan ada “knockdown” di Indonesia, sebagaimana didesakkan oleh banyak kelompok. Jika itu dilakukan dan Indonesia chaos, akan ada pihak-pihak yang menangguk ikan di air keruh. (gunarso ts)

News Update