Mencitrakan keburukan semacam ini tidak saja melanggar norma dan etika, juga bertentangan dengan pedoman hidup bangsa.
Agama apa pun mengajarkan tentang kebaikan dalam berucap (berkata, berbicara), bersikap, dan bertindak.
Agama, tentu mengajak pemeluknya untuk berbicara yang baik. Jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam.
Yang diperintahkan adalah bicara yang baik, bukan banyak bicara, apalagi banyak bicara yang tidak baik.
"Ojo waton ngomong, ning yen ngomong sing gawe waton” itulah pitutur luhur Jawa yang artinya jangan hanya sekadar bicara, namun apabila bicara harus bisa dibuktikan, mengandung kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bicara tanpa fakta, tanpa mengandung kebenaran, di- era sekarang disebut " hoax."
Menghadapi situasi dunia yang sedang terserang wabah virus Corona, termasuk negeri kita yang berusaha menangkalnya, dibutuhkan suasana yang lebih kondusif.
Menyebarkan berita hoax akan membuat situasi makin tidak kondusif.
Bicara baik, penuh fakta, sangat dibutuhkan untuk menciptakan ketenangan.
Jika tidak tahu apa - apa tentang virus Corona, tidak tahu pasti tentang penyebaran virus Corona, tanpa fakta yang dilengkapi data, lebih baik diam tanpa bicara. Ketimbang berbicara pada akhirnya menimbulkan kegaduhan karena ketidaktahuan.
Jangan merasa diri orang penting yang harus bicara, maka bicara seadanya, tanpa memahami situasi yang sebenarnya.
Jangan karena pejabat, maka merasa perlu memberi komentar kepada rakyat, meski jauh dari tugas dan kewenangannya.
Kalau pernyataan yang dilontarlan menambah kesejukan, sangatlah diharapkan. Tetapi jika diprediksi akan menimbulkan kontroversi, lebih baik dihindari. Lebih baik diam mendengarkan.