Ini manusiawi, tetapi demi kepentingan yang lebih besar, haruskah senantiasa bersikap menutupi?
Tidak ada seorang pun berkehendak yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar.
Kita semua tentu tidak ingin kebenaran palsu tumbuh subur menebarkan aroma "kebohongan" yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dapat pula menimbulkan rasa saling curiga, salah paham dan menajamnya perselisihan.
Dalam lingkungan masyarakat yang jauh dari soliditas, kebenaran dan keadilan makin sulit ditegakkan seperti dikatakan ulama besar kebanggaan Indonesia, KH.M.Hasyim Asy’ari, "Sungguh kebenaran bisa lemah karena perselisihan dan perpecahan. Sementara kebatilan kadang menjadi kuat sebab persatuan dan kekompakan”
Apa yang dikatakan pahlawan nasional ini mengajak rakyat Indonesia merapatkan barisan, memperkuat persatuan dan kesatuan untuk mengusung kebenaran. Dengan persatuan kita hadang kebatilan. Jika kita pecah dan lengah, kebatilan yang akan menjadi kuat dan menghadang kebenaran.
Namun jangan karena kebenaran sudah menjadi kuat, lantas diberlakukan secara seenaknya dan semena - mena.
Kebenaran akan tetap menjadi benar, jika diterapkan secara baik dan benar pula.Dengan penuh kejujuran dan kesabaran, tidak tergesa – gesa, tidak ragu, tidak ceroboh, tidak dalam keadaan marah, emosi, tidak pula terprovokasi.
Menegakkan kebenaran bukan karena dilatar- belakangi sifat iri dan dengki, bukan pula dengan mengedepankan kebencian. Karena menegakkan kebenaran dengan kebencian dapat melahirkan ketidakadilan. Mestinya, di mana ada kebenaran di situ terdapat keadilan. Karena keadilan itu adalah kebenaran dalam pernyataan atau pun perbuatan.
Kebenaran bukanlah hiasan kata- kata, tetapi fakta dan realita nyata sesungguhnya. Cermin kebenaran akan terukur dari sikap dan perilaku nyata setiap manusia di mana pun berada, apa pun profesinya.
Mari bersama tegakkan kebenaran. Karena sekecil apa pun juga kebenaran akan sangat bermakna, ketimbang sama sekali tidak ada.
Sekiranya mampu, lakukanlah dengan perbuatan, jika kurang mampu lakukanlah dengan lisan! Masih tidak mampu juga, lakukanlah dengan hati.
Kebenaran yang sejati itu sesungguhnya berada di dalam diri kita, hati kita.