Jangan Sembunyikan Kebenaran

Senin 17 Feb 2020, 08:05 WIB

Oleh Harmoko

KITA sering mendengar istilah, pepatah, slogan atau apa pun namanya, yang mengajak kita semua agar bersikap “Katakan yang benar itu benar, dan katakanlah yang salah itu salah.”

Istilah ini mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan, sesulit menegakkan kebenaran itu sendiri. Jika mengatakan yang benar sebagaimana adanya, seperti yang sesungguhnya saja sulit, apalagi menegakkan kebenaran dan keadilan.

Itu yang kadang terucap. Meski begitu, seberat apa pun kesulitan menghadang, kebenaran dan keadilan harus ditegakkan karena itulah perintah  Undang – undang. Saudara-saudara kita yang ditakdirkan Allah Swt lahir di tanah Arab punya pepatah, atau mungkin Hadis Nabi Saw, bunyinya: "Qul lilhaq walaw kana murran" ( Katakanlah kebenaran, meskipun amat pahit ).

Masyarakat adil makmur, alias yang adil dalam kemakmuran dan makmur yang berkeadilan sebagai cita – cita bangsa dan negara dapat terwujud jika kebenaran dan keadilan ditegakkan secara benar.

Itulah sebabnya ajakan "berani membela kebenaran dan keadilan" secara gamblang dirinci dalam butir - butir pengamalan sila kedua falsafah bangsa, Pancasila.

Siapa yang mengamalkan ? Jawabnya kita semua. Negara, tentu, bertanggung jawab secara keseluruhan dalam pelaksanaannya. Dari mulai mengedukasi, memfasilitasi, mengalokasikan anggaran, memberi kewenangan kepada badan/lembaga yang bertanggungjawab atas pelaksanaan itu hingga evaluasinya.

Kita sebagai warga negara, sebagai anak bangsa ikut pula berkewajiban mengamalkan, mulai dari masing – masing  individu, keluarga, dan masyarakat secara bersama – sama.

Perlu kesungguhan dan keberanian karena kebenaran takkan terungkap jika masyarakat tak berani mengungkapnya atau mendirikannya. Kesalahan akan selamanya tersembunyi, jika saling menutupi.

Kuncinya terletak kepada diri kita masing – masing. Beranikah mengatakan kebenaran yang sesungguhnya meski terasa pahit untuk mengatakannya? Maukah menguak kesalahan meski risiko buruk bakal dihadapi.

Kadang kita tahu persis fakta yang sesungguhnya sebagai sebuah kebenaran, tetapi karena satu dan lain hal, kita tidak berani mengatakannya. Begitu juga kita tahu kesalahan yang dilakukan seseorang, tapi karena satu dan lain hal, terpaksa "berkura-kura di dalam perahu" alias "pura-pura tidak tahu." Berusaha menutupinya. Mengetahui apa yang terjadi, tetapi karena berbagai pertimbangan, pura – pura tidak tahu apa yang terjadi.

News Update