JAKARTA - Keterbatasan lahan di Ibu Kota, tak menyurutkan Kasimin dan puluhan warga di RW 07 Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat untuk gagal bercocok tanam.
Dengan kemuan tinggi dan semangat kebersamaan, lahan kosong seluas 400 meter persegi (M2) di Jalan Kampung Salo RT 08 RW 07 Kembangan Utara yang belasan tahun terbengkalai disulap menjadi produktif.
"Memiliki lahan pertanian di kota tak lagi sebatas mimpi, tapi menjadi kenyataan. Asalkan harus kompak, tekun dan kerja keras," ujar Kasimin di lokasi urban farming di Jalan Kampung Salo RT 08 RW 07 Kembangan Utara, Jumat (14/2/2020).
Berawal dari September 2019, Kasimin dan 12 warga setempat kompak membentuk Kelompok Tani (Poktan) GSG 07. Serta bahu membahu mengolah lahan nganggur dengan menanam sejumlah sayuran antara lain kangkung, caisim, bayam, kacang panjang, sawi hijau, tomat, dan lainnya.
Namun Kasimin menyadari, Poktan GSG 07 harus mendapat bimbingan dari jajaran terkait dan menjadi binaan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakbar.
Dalam bercocok tanam, Poktan GSG 07 tidak menggunakan obat-obatan atau pestisida sehingga tidak membahayakan kesehatan.
Mulai bergelut dengan konsep urban farming sejak September lalu, Kasimin dan kawan-kawan sudah beberapa kali panen sayuran organik dari kebun tersebut. Setiap panen, kelompok ini memperoleh untung berkisar Rp500 ribu. Keuntungan inilah sebagai modal untuk bercocok tanam selanjutnya, selain membeli bibit dan lainnya.
Kepala Sudin KPKP Jakbar, Iwan Indriyanto menjelaskan pihaknya gencar membimbing masyarakat termasuk melalui Poktan untuk menggelorakan semangat pertanian perkotaan di permukiman warga. Caranya antara lain dengan memberikan bimbingan cara bercocok tanam, mengantisipasi serangan hama, memberi bibit sayuran dan ikan nila gratis.
"Kami terus mendorong kemandirian ekonomi masyarakat melalui pertanian perkotaan. Selain warga menjadi produktif, juga mendukung lingkungan yang asri dan hijau," pungkasnya. (rachmi/mb)