Kritik Itu "obat kuat"

Kamis 13 Feb 2020, 07:50 WIB

Di era sekarang yang dibutuhkan kritikan yang membangun, bukan memundurkan. Apalagi berupaya menggagalkan.

Jika kita harus mengkritik orang lain, pastikan kritikan itu demi untuk kemajuan orang tersebut, bukan karena kita membencinya, apalagi ingin menjatuhkannya.

Kritikan yang didasari kebencian, bukan kemajuan yang didapat, tetapi kehancuran bagi keduanya. Baik yang dikritik, lebih - lebih dan lebih dulu, yang mengkritik.

Karena itulah sebelum mengkritik orang lain, teliti dan kritik diri sendiri. Sudahkah benar, layak, dan pantas memberikan kritik.

Para filsuf mengatakan kritik memang baik, tapi jauh lebih baik jika kita melihat kekurangan diri sendiri dan memperbaikinya sebelum mengkritik orang lain.

Ada idiom yang menekankan bahwa saat kita mengkritik seseorang, pada dasarnya kita juga mengkritik diri kita sendiri.

Ini mengingatkan  kita agar hati- hati dalam memberikan kritik. Tidak cermat memberikan kritik kepada orang lain, maka kritikan itu akan berbalik lebih keras menghantam kita.

Sebaliknya mereka yang dikritik perlu legowo, dan bijak pula dalam merespons. Jangan emosional bagai orang kebakaran jenggot.

Orang bijak tidak layak  takut atas risiko kritik, sebab seseorang tidak akan menjadi hina dan jatuh harga dirinya karena dikritik.

Orang yang optimistis dan dinamis serta ingin maju, berharap adanya kritik. Sebab, kritik dapat membangun motivasi, dan membuat rasa percaya diri lebih tinggi.

Jangan biarkan kritik mematahkan semangat. Justru dengan kritik, kita bisa selalu belajar dan siap menghadapi masalah.

Jangan pula melihat kritikan orang lain sebagai sebuah kebencian, hendaknya jadikan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri sendiri.

Berita Terkait

News Update