Dikarantina di Jepang dan Hongkong, Awak Kapal asal Indonesia Sehat Tidak Terkena Virus Corona

Senin 10 Feb 2020, 14:30 WIB
Kapal Princess Diamond dikarantina di Pelabuhan Yokohama, Jepang, sejak 5 Februari 2020.(Gettiy Image)

Kapal Princess Diamond dikarantina di Pelabuhan Yokohama, Jepang, sejak 5 Februari 2020.(Gettiy Image)

JEPANG  – Pemerintah Indonesia memastikan ratusan WNI yang bekerja sebagai kru di dua kapal pesiar yang dikarantina di Jepang dan Hong Kong "dalam kondisi sehat dan negatif virus corona".

Meski demikian Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) meminta Kementerian Luar Negeri rutin mengecek para awak kapal pesiar Indonesia yang berjumlah ratusan ribu.

Sebab, meskipun wabah virus corona telah menjangkiti sejumlah negara, operasional kapal pesiar tidak berhenti.

Dua kapal pesiar yang menjadi tempat bekerja bagi ratusan WNI adalah Princess Diamond dan Dream World.

BBC merilis, Princess Diamond dikarantina di Pelabuhan Yokohama, Jepang, sejak 5 Februari silam dan Dream World di Pelabuhan Victoria, Hong Kong, pada 6 Februari.

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengatakan jumlah warga Indonesia yang bekerja sebagai kru di Princess Diamond berjumlah 78 orang, tiga di antaranya perempuan.

Sejauh ini, kata dia, puluhan awak kapal tersebut "tidak menunjukkan gejala sakit", sehingga mereka dibolehkan keluar kabin dan bekerja seperti biasa.

Beberapa di antaranya menyatakan ingin pulang.

"Namun sesuai protokol kesehatan, perlu mengikuti masa karantina dahulu selama 14 hari," ujar Judha Nugraha lewat pesan singkat kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Hingga kini, komunikasi dengan para kru asal Indonesia masih "intens dilakukan".

Koordinator Fungsi Penerangan KBRI Tokyo, Eko Junor, juga mengatakan segala kebutuhan makanan mereka terpenuhi.

"Kebetulan kami sudah mendapatkan nomor telepon salah satu awak kapal Indonesia dan yang penting adalah mereka dalam kondisi baik walaupun mereka tentu bosan menunggu di kapal. Tapi semua kebutuhan pokok disediakan, begitu juga [dengan] telepon dan internet gratis," ujar Eko Junor.

Dalam masa karantina, para awak kapal dibolehkan keluar kabin. Hanya saja, dilarang turun dari kapal pesiar sampai masa karantina selesai yakni pada 20 Februari.

Ia juga menjamin otoritas kesehatan pemerintah Jepang akan terus memantau kesehatan semua orang yang sedang dikarantina, untuk membendung penyebaran wabah virus corona.

"Saya yakin akan dipantau sampai hari terakhir karantina. Selanjutnya seperti apa? Saya yakin mereka ingin kembali bekerja karena dua minggu enggak kerja bagimana ya ... Kalau kapal sudah boleh berlayar, menurut saya para WNI ingin segera bekerja," sambungnya.

Sampai hari Minggu (9/2/2020), menurutnya, sudah 64 orang yang diturunkan dari kapal dan diisolasi ke rumah sakit di Prefektuf Kanagawa karena "terindikasi membawa virus".

Sementara itu di Hong Kong, kapal pesiar Dream World dikarantina setelah delapan penumpangnya terserang virus.

Kapal yang mengangkut 3.600 orang tersebut dilaporkan mempekerjakan 209 kru asal Indonesia dari berbagai jenjang.

Konsul Jenderal RI Hong Kong, Ricky Suhendar, lewat pesan singkat kepada BBC mengatakan ratusan awak kapal dipastikan sehat.

"Berdasarkan komunikasi KJRI dengan pihak manajemen kapal Dream World, setelah menjalani pemeriksaan kesehatan maka semua WNI dinyatakan sehat, tidak ada yang menunjukkan gejala demam," kata Ricky Suhendar.

"Selanjutnya mereka melanjutkan pekerjaan secara normal," sambungnya.

"KJRI mendapat konfirmasi bahwa pemerintah Hong Kong telah memberikan izin kepada seluruh penumpang untuk turun dari kapal."

 

ABK Indonesia 'harus dicek'

Sekjen Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI), I Dewa Nyoman Budiasa, menyebut setidaknya ada 200.000 orang yang bekerja sebagai kru di kapal pesiar dengan rute internasional. Kendati tidak semuanya berada di bawah naungan organisasi tersebut.

Ia mencontohkan puluhan awak kapal pesiar Princess Diamond tergabung dalam serikat pekerja kru Italia.

Sehingga apa pun yang menimpa mereka menjadi tanggung jawab serikat tersebut dan pemilik kapal pesiar.

Menurutnya yang bisa dilakukan para kru dalam kondisi seperti ini mematuhi setiap aturan yang dikeluarkan otoritas kapal dan negara yang dituju. Sementara kepada pemerintah Indonesia, disarankan mengecek secara rutin kondisi para awak kapal WNI.

Sebab, kata dia, meskipun wabah virus corona sudah menjangkiti sejumlah negara tapi tidak bisa menghentikan operasional kapal pesiar.

"Ini memang jelas-jelas semacam musibah yang bisa terjadi setiap saat dan bukan hanya virus corona. Sehingga pekerja pelaut yang berstatus kontrak ini, kalau enggak berlayar enggak dibayar gajinya. Ini kan lebih berisiko," ujar I Dewa Nyoman Budiasa

"Ketika di dalam satu kontrak, mereka kalau tidak di atas kapal enggak dapat gaji. Penghasilan nol. Tapi biasanya kami melalui organisasi internasional bersama-sama dengan pemilik kapal, kalau ada peristiwa sangat fatal, biasanya ada klausul yang diubah misalnya memberikan benefit [tunjangan] lebih kepada ABK. Tapi kalau penyebaran virus corona, ini kan hal baru dan kami belum punya argumen kepada perusahaan agar memberikan benefit itu. Sementara kalau kapal tidak berlayar, enggak ada profit. Pemilik kapal kalau tidak berlayar, tetap harus membayar sewa karena kapalnya bersandar."

Satu-satunya hal yang bisa dilakukan para pemilik kapal pesiar untuk menghindari virus corona adalah mengubah rute perjalanan jika hendak ke Asia atau akhirnya membatalkan kunjungan ke negara-negara di Asia.

"Ada kapal pesiar yang sudah sampai di Australia enggak lanjut ke Asia tapi berubah ke Kepulauan Pasifik, Fiji. Ya sebenarnya ini berdampak ke Indonesia karena biasanya kapal pesiar itu membawa tamu yang banyak untuk mengunjungi Bali atau Komodo."

"Beberapa kapal bahkan banyak membatalkan rutenya ke Asia, termasuk Indonesia. Padahal mulanya menghindari China saja, tapi sekarang menghindari Thailand dan akhirnya seluruh Asia."(tri)

Berita Terkait
News Update