JAKARTA – Baru beberapa bulan tarif ojek online (ojol) naik, kini mereka mendesak minta naik lagi. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai kenaikan tarif ini berpotensi mengurangi jumlah penumpang dan cenderung transportasi roda dua ini akan ditinggalkan masyarakat.
Menurutnya, selama ini masyarakat yang naik ojol karena lebih murah ketimbang harus turun naik angkutan umum ataupun ojek pangkalan.
"Ini akan menjadi hambatan perkembangan ojek online di Indonesia, karena masyarakat cenderung sensitif kalau bicara pengeluaran uang,” tutur Joko.
Apalagi katanya sekarang angkutan umum sudah mulai banyak dan terintegrasi sekali bayar bahkan ada yang gratis. Misalnya bus TransJakarta, bus antar kota hingga kereta commuter line, MRT hingga LRT terintegrasi satu kali bayar bisa berpindah-pindah.
Dikatakannya, dulu naik angkutan umum mahal, sekarang jauh lebih murah dan banyak jumlahnya serta nyaman.
Direktur Angkutan Jalan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Ahmad Yani mengatakan para driver ojol meminta tarif batas bawah menjadi Rp2.500/kilometer (km) dari sebelumnya Rp 2.000/km.
Masalah kenaikan ini Kemenhub tidak bisa sendirian menyetujuinya tapi harus dibahas dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Kemenkominfo dan instansi terkait lainnya, karena tarif ojol menyangkut dengan kemampuan masyarakat untuk membayar.
Dikatakannya, tarif Rp2.500 belum didiskusikan dengan YLKI untuk mencari titik temu sampai sejauh mana kemampuan masyarakt pengguna jasa ojeg online ini.
Rencananya, kenaikan tarif baru Ojol akan diterapkan di Jabodetabek.. (dwi/yp)