INGAT Suwarno Perico,? Dia adalah mantan petinju nasional dan juara Indonesia kelas welter yunior. Karir tinju pronya sudah sampai ke Jepang. Sekarang hidupnya susah dan sudah banting setir sebagai tukang pijat. Sudah dua minggu, namun belum laku alias belum dapat pasien.
Pria berusia 58 tahun berkacamata minus ini hidup susah di kampung halamannya Desa Sumber gempol, Tulungagung, JawaTimur. Status pengangguran melekat kuat dalam hidupnya. Berbagai upaya telah dicoba, termasuk rencana membuka warung atau kedai mini jual indomie telor kopi dan rokok ketengan.Semua sia-sia.
Kegagalan tersebut mendorong Suwarno Perico, di usiatua 58 tahun, harus memilih hidup sebagai tukang pijat. Ini pilihan terakhir, yang dilakukannya dengan senang hati.
Suwarno Perico adalah mantan petinju professional bersama Sawunggaling Boxing Camp Surabaya, yang terkenal pada dekade 70-an, setelah berhasil mengantar Wongso Suseno sebagai petinju Indonesia pertama meraih gelar Asia OBF (sekarang OPBF).
Suwarno Perico satu perguruan denganYaniHagler, petinju plontos yang tahun 1985 diorbitkan promotor Boy Bolang, namun tumbang KO ronde 3 di tangan juara dunia IBF kelas terbang ringan asal Filipina, Dodie Penalosa. Laga berlangsung di Istora Senayan Jakarta, 12 Oktober 1985.
Suwarno Perico, anak dari seorang ibu penjual nasi pecel pinggir jalan di Malang, menjadi juara Indonesia kelas welter yunior di Stadion Batorokatong, Ponorogo, JawaTimur, 25 Maret 1989, menang angka melalui pertarungan 12 ronde melawan juara (almahum) Bongguk Kendy (Garuda Jaya Jakarta).
Kehilangan Gelar
Suwarno Perico kehilangan gelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta, 3 Juni 1989, kalah angka dalam pertarungan ulang melawan Bongguk Kendy, yang disaksikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Suwarno Perico pernah tampil pada kejuaraan OPBF kelas ringan di Jepang dan tumbang KO tak sampai 90detik di tangan juara yang hebat raja KO Tsuyoshi Hamada.
Sekarang Suwarno Perico yang sudah 25 tahun menduda hidup sendiri dalam kemiskinan di Desa Sumbergempol, Tulungagung, JawaTimur. Tidak punya apa-apa dan menumpang hidup di rumah saudaranya.
“Urip ra onok bondo (hidup tidak punya apa-apa).Tinggal pakaian yang melekat di tubuh,” lirihnya saat dihubungi awak media, kemarin.
Belajar
Di usianya yang sudah 58 tahun, Suwarno Perico harus memilih hidup sebagai tukang pijat.Ia sengaja datang ke Malang dan berguru kepada MintoHadi.