Tengoklah ke Bawah

Senin 27 Jan 2020, 07:35 WIB

Oleh: Harmoko

ADA pitutur luhur agar kita tidak selamanya melihat ke atas, tetapi hendaknya sering, setidaknya, sesekali melihat ke bawah.

Ke atas yang dimaksud adalah melihat orang lain yang hidupnya lebih mapan, lebih terjamin, lebih segalanya dalam status sosial dan ekonominya. 

Melihat ke bawah, kepada orang lain yang kondisi sosial ekonominya di bawah kita. Hidupnya serba kekurangan, lebih susah dari kita.

Jika mau realistis, kita masih cukup beruntung, karena masih banyak orang lain yang tidak seberuntung kita. Tidak sedikit orang lain yang nasibnya lebih buruk dari kita. Lebih sengsara dan menderita daripada kita.

Kita beruntung karena tidak termasuk satu dari 24,79 juta penduduk miskin di negeri kita sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019.

Kalau pun masuk di dalamnya, berada di posisi teratas,  di atas, atau di tengah, bukan paling bawah.

Kita juga beruntung tidak termasuk satu dari 7,05 juta orang yang tercatat sebagai pengangguran alias tidak memiliki pekerjaan sama sekali.

Kalau pun tidak punya pekerjaan tetap, kita bersyukur masih memiliki penghasilan. Intinya kita harus selalu bersyukur, itulah filosofi kenapa kita mesti sering melihat ke bawah.

Melihat ke bawah juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa 

rendah hati, melatih empati, mencintai sesama, dan saling tolong menolong sebagai sifat - sifat luhur yang sangat dibutuhkan era sekarang. Bahkan kapan saja.

News Update