Liga Inggris TVRI Terlalu Mahal, Sang Dirut Mental

Senin 20 Jan 2020, 07:35 WIB

DI masa Orde Baru TVRI berjaya. Tapi setelah era reformasi, dilibas oleh stasiun TV swasta. Pemerintah sendiri mengerdilkan TVRI menjadi LPP (Lembaga Penyiaran Publik) sebagaimana RRI. Dipegang Helmy Yahya TVRI mulai membaik, dan dilirik penonton. Sayangnya tayangan Liga Inggris dinilai terlalu mahal, dan oleh Dewas Helmy Yahya dibikin mental.

Siapa  tak kenal Aneka Ria Safari, Si Unyil, film seri Losmen, Anekaria Srimulat? Itu semua program andalan TVRI di masa Orde Baru. Tapi setelah TV swasta merajalela, ditambah Kementrian Penerangan dihapus, kejayaan TVRI meredup. Anggaran terbatas setelah bernama LPP TVRI, semakin tak mampu bersaing dengan TV swasta.

Padahal hanya TVRI yang masih punya idealisme untuk anak bangsa. TV swasta demi mengejar rating, semakin ke sini isinya sekedar cengengesan  dan jualan gossip. Tapi ironisnya, anak-anak muda dan emak-emak menyenangi, sehingga TVRI semakin jarang ditonton.

Tapi sejak Dirut TVRI dipegang Helmy Yahya siraja kuis macam Ani Sumadi dulu (2017-2022), TVRI mulai menggeliat, mulai ditonton publik lagi. Dia berani bikin gebrakan dan terobosan. Sayangnya, atasan TVRI bukan Dirjen RTF semacam Subrata dulu, tapi Dewan Pengawas yang galaknya minta ampun, dia punya wewenang sebagai “the killer”.

Dirjen RTF Subrata atau Zulkarnain, dulu cukup terkenal. Tapi Ketua Dewas TVRI sekarang sebagaimana Arief Hidayat Thamrin, jarang yang tahu. Nama dia baru dikenal ketika konflik dengan Dirut TVRI Helmy Yahya. Gara-gara menayangkan sepakbola Liga Inggris yang sangat mahal, Dewas marah dan Helmy Yahya pun diskors.

Diakumulasi dengan tumpukan kesalahan yang lain 16 Januari lalu Helmy Yahya diberhentikan secara permanen sebagai Dirut TVRI. Karyawan pun mengadu ke DPR, menyatakan mosi tak percaya pada Dewas. Helmy Yahya memang mengadakan perlawnanan, tapi mungkinkah kembali ke posisinya? Dan TVRI apakah akan kembali letoy di tangan Dirut baru nanti?  (gunarso ts)

News Update