Risma Didorong ke DKI 2022 Tidak Mau Jika Karena Nafsu 

Senin 13 Jan 2020, 07:25 WIB

LAZIMNYA orang, baik itu pejabat maupun orang biasa, didorong-dorong ikut Pilgub atau Pilpres, jadi GR. Dari tahun 2017 sampai 2020, PDIP termasuk yang di DPRD, mendorong  dia untuk ikut Pilgub DKI 2022, tapi selalu menolak. Katanya, dia tak mau jika dilandasi nafsu.

Masih tercatat di ingatan kita, menjelang Pilgub DKI PDIP menggadang-gadang Walikota Surabaya untuk maju ke Pilgub DKI. Tapi meskipun yang minta Megawati sekalipun, Tririsma Harini menolak. Di samping dia ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Walikota, juga warga Surabaya nggondeli (menahannya).

Coba sosok yang lain, baik yang sudah punya jabatan maupun hanya modal nama orangtua, begitu dikompori lembaga survey bahwa elektabilitasnya tinggi, langsung klipikan (kalangkabut) kepengin ikut. Meski tak memenuhi syarat pun, ngotot maju dengan potong kompas ke sana kemari. Itu baru tingkat walikota, apa lagi Pilgub.

Ada pula yang pengin jadi Walikota Padang, modalnya hanya pernah jadi Wakil Sekjen PAN, ngebet banget meski persyaratan umur belum nyampai. Bukan menunda keikutsertaannya, tapi justru dia gugat persyaratan umur itu ke MK. Tapi Dewi Fortuna maupun Dewi Persik belum berpihak padanya, sehingga gugatannya ditolak.

Paling kasihan adalah seorang politisi Demokarat eks anggota DPR. Begitu tak terpilih di Pileg 2014, dia bermimpi jadi Walikota Medan. Sayang nafsunya tak berbanding lurus dengan fulusnya. Pinjam sana-sini pun ditempuhnya. Ternyata gagal. Begitu ditagih sang pemberi utang, muter-muter nggak karuan. Begitu dibawa ke Pengadilan, walikota gagal itu pun masuk penjara bukan Balaikota.

Beda dengan Tririsma Harini, meski memiliki segudang prestasi, didorong-dorong untuk ke Jakarta, tak mau juga. Terakhir DPRD DKI ketika studi banding ke Surabaya, beliaunya tetap bergeming. Kala itu hanya menjawab dengan senyum.

Mengapa Tririsma keukeuh tak mau maju ke Pilgub DKI Jakarta? Dia punya alasan untuk itu. Semua diserahkan pada Allah Swt. Dia tak mau jika ikut Pilgub hanya dilandasi nafsu untuk berkuasa. “Percuma jadi gubernur, jika masih ada rakyatnya yang kelaparan.” Kata Tririsma, merendah. Dia tak mau gunakan idiom “banjir” karena takut ada yang tersinggung. (gunarso ts)

News Update