DULU di SMK, sekolah jurusan sekretaris. Kini, penyapu jalan. Dia adalah Yenny Lies Damona. Perempuan 39 tahun ini sejak lima tahun lalu bergabung menjadi ‘pasukan orange’ Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Ibu empat anak ini ditugaskan Kelurahan Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
“Dulu sih ingin jadi sekretaris, tapi Tuhan berkehendak lain. Toh, yang penting cari rezeki halal,” ucapnya. Sebagai penyapu jalan banyak suka dibading dukanya. Meksi berisiko tinggi, lantaran nyaris ditabrak kendaraan yang wara wiri melaju kencang. Perempuan kelahiran Jakarta ini, tak membuat nyalinya menciut.
“Resiko pekerjaan, demi membantu suami meringankan beban ekonomi keluarga,” ucapnya. Suaminya bekerja sebagai sekuriti di sebuah perusahaan swasta. Sejak menjadi ‘pasukan orange’, nyaris waktunya habis di jalanan dan meninggalkan suami dan empat anaknya. Apalagi saat liburan, seperti Lebaran atau Tahun Baru.
LIBURAN
Di saat sebagian orang bercengkrama dengan keluarganya, Yenny sibuk membersihkan sampah di jalanan. Beruntungnya, suami dan anak-anaknya paham betul dengan konsekuensi tugas yang diemban perempuan ini. Dalam menjalankan pekerjaannya, Yenny mengaku dibagi tiga shift. Setiap shift delapan jam.
“Praktis waktu berkumpul bersama keluarga tak ada,” ucapnya. Namun dia menyiasati dengan mengganti waktu libur di hari kerja, bercanda dengan suami dan buah hatinya. “Orang-orang sibuk kerja, giliran saya mengajak suami dan anak-anak jalan-jalan,” tuturnya. Menurutnya, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Artinya, pekerjaannya itu juga ibadah.
Dia mendapat tugas membersihkan sampah di sepanjang Jalan Raya Darmawangsa, Kebayoran Baru. ”Tugas ini susah-susah gampang, sebab kotoiran daun dari pohon yang banyak berdiri di sepanjang jalan ini selalu bertebaran” ujarnya.
Kekeluargaan
Selama lima tahun bergabung anggota ‘pasukan orange’, Yenny mengaku tak terbebani, justru terkesan. Mengapa? Sebab sistem kerja yang menganut kekeluaragan. Artinya bila salah satu anggota mengalami kesulitan, anggota lainnya akan membantu. “Kami tergabung dalam sebuah tim beranggota 22 orang dan selalu saling bantu dan kompak,” tanasnya.
Sedangkan penghasilannya sebagai pegawai harian lepas, dia menetima upah sesuai UMP DKI Jakarta. “Selain itu ada saja rejeki dari Tuhan lewat pengendara. Biasanya saat shift pagi, sering diberi makanan atau uang. Kata pengendara buat sarapan. Saya cuma bisa menucapkan, terima kasih, semoga selamat sampai tujuan,” tukasnya. (angga/iw)