BIASANYA lelaki di rumah pakai celana pendek, celana panjang, atau bahkan pakai sarung. Tapi Mulyadi, 34, justru demen pakai daster istrinya, Isminah, 31. Lama-lama sang istri jadi risih, karena dipertanyakan anak-anak pula. Karena sudah dinasihati, akhirnya Isminah memilih bercerai saja. Ironisnya, beban perceraian dibebankan ke istri semua.
Istri cap apapun pasti bangga jika suami pakai baju pilihannya jadi nampak keren laksana peragawan. Tapi ternyata ada juga suami yang tak mau diatur baju-baju oleh istrinya, sehingga berpakaian sekenanya, karena kombinasi atasan dan bawahan tidak nyambung. Jika ditegur istri jawabnya enteng saja, “Alah, sudah laku ini….!”
Tapi Ny. Isminah dari Surabaya sungguh kecewa berat pada suaminya, Mulyadi. Dia lebih parah, karena bukan sembarangan memantas diri dengan baju-bajunya, tapi sepertinya malah melawan kodrat. Bayangkan, lelaki kumisan kok pakai daster. Serius, ini daster wanita, bukan gamis.
Bila sepulang kerja suami lain pakai celana panjang atau sarung karena dulu lama di pesantren, Mulyadi malah segera pakai daster istrinya. Jika ditegur katanya ini untuk menambah gairah pada istri. “Gairah gombal, tapi saya yang gerah Mas.” Kata Isminah. Maklum, dia malu jika tetangga melihat suami pakai baju wanita, padahal bukan sedang bermain Ludrruk.
Ketiga anaknya juga suka mempertanyakan bapaknya, tapi Mulyadi tak merasa malu. Akhirnya demi masa depan anak-anak, Isminah memilih menitipkan mereka pada nenek dan kakeknya. Isminah takut anak-anak terpengaruh kebiasaan buruk suaminya. Soalnya bukan saja berpakaian aneh, tapi juga sudah jarang salat dan suka mabok. Benar-benar suaminya sebagai pemimpin yang dzoliman jahula (dzolim dan bodoh).
Sebagai tulang punggung keluarga Mulyadi juga tak bisa diharapkan lagi, karena perusahaan kayu tempatnya kerja nyaris bangkrut kalah bersaing dengan baja ringan. Jadi nilai tambah apa yang dimiliki Mulyadi, sama sekali nol! Akhirnya Isminah menggugat cerai dan Mulyadi terpaksa mau dengan syarat biaya seluruhnya ditanggung Isminah.
Mending begitu, ketimbang bikin sepet mata. (gunarso ts)