ADVERTISEMENT

Prabu Yudhoyono, Jokowi, dan Perjuangan Berat Sang Teladan hingga Pelantikannya

Minggu, 20 Oktober 2019 11:33 WIB

Share
Prabu Yudhoyono, Jokowi, dan Perjuangan Berat Sang Teladan hingga Pelantikannya

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MENGGAPAI kekuasaan jelas bukan hal mudah. perlu perjuangan panjang dan berat. Seperti halnya Presiden Jokowi, dia berangkat dari bawah, dari kampung, kemudian menjajal kekuatan berlaga, berjuang di arena terjal dan berat penuh hadangan yang harus dilewati. Dulu begawan politik disebut juga dukun politik Profesor Suhardiman sebelum Pilpres 2014 menyebut Jokowi sebagai satriyo piningit (dalam pengetahuan itu satriyo piningit ada 7 macam). Ada pun Jokowi masuk satriyo piningit kesandung kesimpar - karena dia dari bawah, diibaratkan harus kesimpar dan kesandung kaki). Yang dari bawah pasti mengalami kesimpar kesandung. Dalam cerita wayang ada juga yang perjalananya dari bawah, sepeřti Jokowi, yakni pada tokoh Sudarsono (Sang Teladan) yang termuat di buku tebal berjudul Pakem Ringgit Purwa, memuat 59 cerita wayang, beraksara Jawa, tersimoan di Museum Radya Pustaka, Solo.   Salah satunya ya itu tadi,  lakon (masih balungan) menceritakan perjalanan pemuda dusun, bernama Sudarsono (Sang Teladan) yang ingin mengabdi ke negara Astina. Cerita dimulai ketika Negara Astina dipimpin Raja Prabu Yudhoyono. Di kerajaan itu, tiba-tiba di pedesaan terjadi huru-hara besar karena ulah para raksasa yang menyerang rakyat pedesaan. Para raksasa itu ternyata dikirim oleh Raja raksasa dari negara Bulukambang, rajanha sering disebut Raja Raksasa Kalamangsa, yang akan mencari keberadaan raja Ngastina. Lantas mengirim utusan tiga (3) raksasa. jawa                                                                                         Bagian akhir teks yang memuat cerita Prabu Yudhoyono dan Bambang Sudarsono (Sang Teladan).(ist) Sang Prabu Yudhoyono lantas mengirim ksatria bernama Raden Subaka dan Raden Jaya Sutarsa. Utusan yang ia kirim tak sanggup mengatasi, dan kemudian bertemu dengan pemuda gunung bernama Sudarsono. Pemuda ini ternyata mampu mengatasi gangguan tersebut. Utusan kraton membawanya ke Istana, namun sang utusan menyatakan bahwa dia sendiri yang mampu membereskan para raksasa. Beruntung ada saksi yang menyebutkan Sudarsono-lah yang membinasakan para raksasa. Maka utusan yang berdusta tersebut dihukum. Sedangkan Sudarsono kemudian diterima di Keraton. Ketika ditanya-tanya, akhirnya diketahui bahwa Sudarsono (Sang Teladan) ini merupakan anak almarhum Prabu Parikesit, berarti saudara muda Prabu Yudhoyono. Sudarsono kemudian dijodohkann dengan anak Patih Sutikno. Ganti adegan. Raja Raksasa marah karena tiga raksasa yang ia kirim sudah kalah semua. Maka, dia mengirim tiga raksasa yang lebih hebat dan bisa berubah-ubah bentuk. Begitukah selanjutnya di Astina, ada abdi dalem wanita membawakan jenang kesukaan Raja Yudhoyono. Ketika jenang akan dimakan raja, tiba-tiba direbut oleh Sudarsono. Jenang dikasih ke anjing, tak lama anjing itu mati. Sudarsono segera menghajar abdi dalem wanita tersebut, yang ternyata jelmaan raksasa. Beberapa saat kemudian datang pria yang membawa kuda, konon kuda pesanan Sang Raja Yudhoyono. Ketika Raja menaikinya, kuda itu berulah tak terkendali menyambar-nyambar kemana-mana, sungguh membahayakan raja. Maka Sudarsomo mengejar. Kuda dihajar, dalam sekejap berubah jadi raksasa dan mati. Berganti cerita, di saat tengah malam, Sudarsono gelisah hatinya. Ia merasa ada yang aneg banget di keraton. Nalurinya tajam, ia mampu melihat di ruangan raja dan permaisuri yang tengah tidur. Di sana ada naga taksaka yang akan membunuh permaisuri dan raja. Secepat kilat Sudarsono menusuk leher Naga. Darah mengucur mengenai ujung kain permaisuri. Anehnya, dalam sekejap ular sirna tanoa bekas. Sudarsono ingin membersihkan darah di ujung kain itu, tapi keburu Raja Yudhoyono. Sang Raja marah dengan keberadaan Sudarsono malam-malam di kamarnya bersama isteri. Prabu Yudhoyono sebentar berkata, dan ketika Sudarsono mengulurkan tangannya, ditebas dengan keris oleh sang kakak itu, hampir putus Sudarsono sambat tiada tara, teriakannya sangat menyayat hati, dan badannya kelojotan. Kata Prabu Yudhoyono, "Panggilah Kakang Patih di Kepatihan." Ketika sudah datang, Sudarsono ditangisi. Dan Sudarsono diminta untuk segera menuju ke kepatihan. Setelah dibawa keluar, tak lama kemudian ada gajah datang, berjalan menikang-nikung, serta belalainya menjulur ke atas, ketika dielus-elus diam saja. Saat sudah mendekat, Prabu Yudyohono diringkus badannya, dibuat berdiri dan maju, juga disabet-sabetkan. Para punggawa, bupati, mantri, mengejarnya, tapi tidak ada yang bisa menangkapnya. Diceritakan di kepatihan, Bambang Sudarsono dengan istrinya. Sang istri menangisi keadaan suaminya, (karena satu tangannya hampir putus). Namun demikian, Sudarsono mendengar cerita orang banyak, konon Sang Raja dibawa lari oleh gajah ngamuk. Sudarsono langsung bangkit dan mengejar sambil membopong tangannya yang hampir putus itu. Sesampai di lokasi, kondisi Prabu Yudhoyono sudah tidak sadar. Tidak lama kemudian gajah ditusuk oleh Sudarsono, terkena bagian telingannya bagian kiri. Gajah melonjak dan akibatnya, Sudarsono terhempas. Gajah pun mati. Semua punggawa mengerubungi Prabu Yudhoyono. Berganti yang diceritakan. Di Gunung Tunggulmanik, Bagawan Sidik Wecana bersama dengan anaknya, Endang Ceblokan. Dia menceritakan kepada ayahnya, perihal mimpinya. "Ayah, saya memimpikan cucumu (Sudarsono) menghadapi kejadian buruk. Dalam mimpiku, tak lama dia jatuh dari pangkuan Eyang. Dan kami ditangisi, tangan bagian kanan tertinggal, tangan itu tidak ada.Ketika sadar, kemudian dihadapkan kepada Raja di Ngastina," kata Endang Ceblokan. Adegan di Istana Ngastina ada Raja dan Patih Sutikna. Tak lama datang Bagawan Sidik Wecana, dan Bambang Sudarsono, lantas dirawat tangannya, dan ternyata langsung sembuh, utuh seperti sedia kala. Ringkas cerita, Prabu Yudhoyono pun memasrahkan negara Ngastina (kepada Sudarsono) dengan disaksikan Batara Narada. Sudarsono pun jadi Raja Astina. Sedangkan Prabu Yudhoyono lengser keprabon, berganti madek pandhito menyatakan ingin pergi ke kasuwargan (beribadah menuju surga). Dalam cerita wayang dan juga buku Ensiklopedi Wayang Purwa disebutkan bahwa Yudoyoko adalah putra Prabu Yudhoyonò. Yudhoyoko punya nama kain Sudarsono. Sehingga silsilah Raja Astina setelah Prabu Parikesit, turun ke Prabu Yudhoyono, setelah itu Prabu Yudoyoko. Kalau disejajarkan garis itu, menurut Dr Darmoko, dosen Sastra Jawa UI, Sudarsono setelah dinobatkan jadi raja namanya berganti menjadi Prabu Yudoyoko. Begitulah Sudarsono, Sang Teladan,  akhirnya setelah perjuangan berat dilantik menjadi Raja Astina. (win)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT