ADVERTISEMENT

Menjaga Warisan Budaya

Kamis, 3 Oktober 2019 09:14 WIB

Share
Menjaga Warisan Budaya

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“BAJU kamu perasaan terlalu besar?” Tanya Ibu guru pada satu murid pria yang mengenakan batik gombrang. ”Baju batik ayah saya, Bu. Saya nggak punya baju batik bebas selain batik seragam sekolah,” ujar sang murid, terus terang. Ya, itu adalah sekelumit diaolog di kelas salah satu sekolah SMP, kemarin bertepan dengan ’Hari Batik Nasional’. Sekolah dan lembaga lain, pegawai negeri wajib mengenakan baju batik pada hari itu. Warisan budaya Nusantara yang diakui sebagai warisan dunia itu, itulah batik. Betapa bangganya kita sebagai bangsa Indonesia. Bayangkan saja, hampir setiap daerah punya batik. Pekalongan, Jogya, Solo, Cirebon, wilayah Jawa Timur, Parahiyangan, dan Betawi. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Indonesia bagian Timur? Wah, seabrek-abrek, Bung! Mau corak yang kaya apa aja ada. Jika melihat adegan di atas, memang agak aneh jika anak-anak kita sampai nggak punya batik bebas sendiri. Memang, karena sebagian anak muda lebih suka mengenakan kaos, jean, atau baju yang bermerek? Ayolah, nggak ada salahnya kalau satu keluarga, ibu bapak dan anak berbatik ria. Kayaknya keren banget tuh, kalau berseragam batik, bukan saja ke pesta pernikahan, tapi ke mal juga. Mengapa tidak? Nah,kalau begitu seharusnya semangat meneruskan, mewarisi dan mejaga budaya yang orang lain nggak punya dan pada ngiri. Termasuk Negara tetangga ada yang ngaku-ngaku, kalau batik itu punya mereka. Silakan aja, ya? Kan yang jelas dunia mengakui, batik itu milik Indonesia! Eh, kawan, hati-hati juga lho, dalam globalisasi ini, jangan sampai kita hanya punya warisan doang. Sementara yang produksi batik orang lain. Tuh lihat batik dari negeri China membludak! Kalau kita yang punya batik nggak waspada, wah bisa kelibas, Mas Bro!  (masoes)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -
Berita Terkait