ADVERTISEMENT

Ternyata Gibran Putra Jokowi Ingin Juga Jadi Walikota Solo

Rabu, 25 September 2019 08:08 WIB

Share
Ternyata Gibran Putra Jokowi Ingin Juga Jadi Walikota Solo

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

KETIKA survey Universitas Slamet Riyadi Solo “ngompori” Gibran Rakabuming masuk nominasi Walikota Solo, publik menduga dia takkan tertarik. Ternyata dugaan itu meleset. Putra sulung Presiden Jokowi itu sudah masuk PDIP, sebagai persyaratan utama pencalonannya. Tak salah memang, tapi bila kalah itu bukti Jokowi tak disukai di Solo. Jadi pejabat birokrat itu hak semua anak bangsa. Tapi sejak ada Pilkada langsung, jabatan Kepala Daerah seperti walikota, bupati dan gubernur dimonopoli politisi. Birokrat dari kalangan PNS tak ada peluang. Meski dia lulusan IPDN, setelah jadi camat paling banter jadi Kepala Dinas atau Sekda. Jabatan orang nomer satu di daerah itu, yakni walikota, bupati sampai gubernur, itu kaplingnya politisi. Ada memang yang sukses dan cemerlang memimpin daerah, tapi kebanyakan jeblok, bahkan masuk penjara karena diudak-udak KPK. Maklum, banyak yang salah jalan ketika cari uang agar BEP (pulang modal) saat ikut Pilkada dulu. Jokowi setelah melepas status pengusaha meubel, sukses jadi birokrat, dari walikota Solo, Gubernur DKI sampai Presiden RI. Sekarang putra sulungnya, Gibran Rakabuming, rupanya ingin menanggalkan statusnya sebagai pengusaha katering dan martabak, bila sukses jadi walikota. Mau mengikuti jejak sang ayah rupanya. Dulu Gibran tak suka bapaknya jadi Walikota Solo. Tapi setelah “dikompori” hasil survey Universitas Slamet Riyadi, eh…..ternyata kepengin juga jadi Kepala Daerah. Setidaknya dia sudah konsultasi dengan Walikota FX Hadi Rudyatmo, dan Gibran sempat bilang, “Solo perlu sentuhan anak muda.” Kemarin Gibran sudah resmi jadi anggota PDIP, sebagai persyaratan maju Pilkada lewat dukungan parpol. Soal apakah dia dapat dukungan PDIP, itu soal lain. Sebab untuk Pilkada 2020, PDIP Solo sudah mengelus-elus jago lain. Bahkan ada yang bilang, Gibran untuk sekarang belum pantas. Nanti saja setelah Jokowi melesaikan periode keduanya. Pengamat politik Hendri Satrio dadi Kedai Kopi menilai, langkah Gibran justru akan merugikan Jokowi. Jika menang, direken wajar saja karena membonceng nama sang ayah. Tapi jika keok, itu barometer bahwa Jokowi sendiri tak disukai oleh warga kota Solo. Publik juga tak senang petinggi negara membangun dinasti. Tapi Jokowi rupanya sedang memulai. Sebab menanggapi rencana Gibran di Solo dan Boby Nasution mantunya di Medan, dia hanya bilang, “silakan saja, saya tak pernah mengatur-ngatur anak.” Tumbu oleh tutup (klop) kan namanya? (gunarso ts)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -
Berita Terkait