ADVERTISEMENT

Tidak Terima BPNT, Wanita Lansia ini Ingin Sekali Pergi Haji

Minggu, 24 Maret 2019 11:00 WIB

Share
Tidak Terima BPNT, Wanita Lansia ini Ingin Sekali Pergi Haji

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA – Harapan menikmati masa tua dengan bahagia bersama keluarga, pupus sudah. Siro yang berusia 120, warga RT 01 RW 06 Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat kini tambah sengsara. Perhatian pemerintah berupa bantuan pangan non tunai (BPNT) sejak 2017 tak lagi dinikmatinya lantaran kartu atm hilang. Ia juga tidak termasuk penerima Kartu Lansia Jakarta (KLJ), meski usianya sudah melebihi satu abad. "Hidup saya berapa lama lagi sih? Saya pengen banget bisa beribadah haji dan terima lagi tuh bantuan bulanan beras dan telor kan ya?," kata Siro saat disambangi Pos Kota di rumahnya di hunian padat penduduk di RT 01 RW 06 Kembangan Utara, kemarin. Rumah perempuan sepuh ini berukuran sekitar 30 meter persegi dan berdempetan dengan rumah anaknya. Lantai masih fluur dan genteng nampak jadul. "Sering bocor nih karena gentengnya renggang," kata sang mantu. Dari pintu masuk langsung ke ruang tengah dan terdapat dipan. Sedangkan Siro berada di bagian belakang yang dipisahkan dengan triplek. Di samping dipan besi terdapat lemari pakaian dan beberapa kain sarung digantung di tali di atas lemari. Di dekat lemarin ada bangku kayu. Di luar rumah tersebut, nampak tanah kosong sekitar 20 M2 milik warga. Ibu dari 10 anak dari pernikahan ketiga- dari suami pertama dan kedua ia tidak memiliki anak, mengaku sedang gundah gulana karena sudah lama terpanggil untuk bisa menunaikan ibadah haji. Namun harapan itu kandas. Sejak ditinggal wafat suami sekitar tahun 1965, Siro harus banting tulang demi menghidupi 10 anaknya. Karena tidak ada biaya, sebagian besar anaknya tidak sekolah. Berbagai pekerjaan dilakoninya antara lain buruh cuci gosok hingga kerja di pabrik kecap. Beruntung suami meninggalkan harta berupa rumah yang ditempatinya sekarang. Namun tidak memiliki surat apapun meski Siro sudah menyetor sejumlah uang kepada pemilik rumah untuk mengurus surat rumah. Kini sehari-harinya Siro dilayani anak, mantu dan cucu yang sebagian tinggal di sekitar lokasi. Aktivitasnya lebih banyak di tempat tidur. Pendengaran dan daya pandangnya relatif masih bagus. Kendati begitu ia mengaku jika ada donatur yang baik hati untuk menunaikan ibadah haji, ia harus menggunakan kursi roda. "Dah nggak kuat jalan jauh," pungkasnya getir. (rachmi/tri)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT