ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA – Kabar gembira bagi para orangtua yang memiliki anak disabilitas. Mulai tahun ajaran 2019/2020, Pemko Jakarta Barat (Jakbar) akan menerima sekitar 500 siswa difabel mulai TK hingga SMA yang berada dalam Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) satu atap di Jalan Kumbang, Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres. Gedung SLBN satu atap memiliki empat lantai dengan tiga tower dan 99 ruang kelas (lokal). Satu lokal bisa menampung 5 hingga 8 siswa. "Para guru khusus siap untuk mendidik siswa difabel mulai TK hingga SMA berkisar 500 orang," kata Kepala Suku Dinas Pendidikan 1 Jakbar, Tadjuddin Noor, Minggu (17/2/2019). Pembangunan gedung SLBN satu atap ini digarap Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta dengan biaya APBD sekitar Rp22 miliar. Berada di atas lahan Disdik DKI. Tadjuddin menjelaskan sekolah tersebut memiliki sejumlah sarana dan prasarana (sarpras) khusus untuk mengakomodir kebutuhan siswa difabel. Di antaranya tersedia tangga bagi siswa yang menggunakan kursi roda dan rambu-rambu jalan khusus untuk siswa tuna netra. "Keberadaan sekolah satu atap ini sudah lama didambakan para orangtua dan siswa difabel, karena selama ini siswa difabel harus bersekolah di sekolah inklusi dengan kemampuan guru yang terbatas. Berbeda halnya jika di SLBN ini memang sudah diprogram khusus," ungkap Tadjuddin. Satu hal lagi, lanjut Tadjuddin, pendidikan di SLBN tersebut gratis. Sehingga sangat membantu dan meringankan beban orangtua. Maklum saja sekolah di SLB swasta, biayanya mahal karena memang membutuhkan sarana dan prasarana serta guru khusus. Ia menambahkan untuk kebutuhan mebeler, segera akan dilengkapi Disdik DKI. Diharapkan sebelum dimulainya tahun ajaran baru, pengadaan bangku, meja belajar dan lemari buku dapat terpenuhi. "Sebagai antisipasinya, kami akan meminjam mebeler dari sejumlah sekolah yang tengah direhab total dan menumpang di sekolah lain. Mebeler ini akan digunakan untuk sementara di SLBN satu atap hingga pengadaan oleh Disdik tuntas," jelasnya. Tadjuddin berharap meski ada SLBN satu atap, idealnya satu kecamatan memiliki satu SLBN untuk semakin lebih banyak lagi melayani siswa difabel. Hanya saja program ini terkendala lahan. (rachmi/tri)
ADVERTISEMENT
Berita Terkait
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berita Terkini
ADVERTISEMENT
0 Komentar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT