Metro Mini dan Kopaja Riwayatnya Tamat Tahun Ini

Rabu 30 Jan 2019, 00:10 WIB

JAKARTA – Tahun 2019 menjadi tahun terakhir bagi 709 bus sedang seperti Metro Mini, Kopaja dan Kopami Jaya beroperasi. Angkutan tersebut bakal dikandangkan lantaran dinilai sudah tidak layak jalan. Ratusan armada tersebut telah berusia lebih dari 10 tahun. Dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta tidak memperpanjang izin operasi angkutan itu. Plt Kepala Dinas Perhubungan DKI, Sigit Wijatmoko mengatakan pihaknya sudah memberitahukan masalah tersebut kepada operator. "Operator harus meremajakan armada itu dan bergabung dengan JakLingko, " katanya, Selasa (29/1). Sigit menegaskan pelarangan operasional bus di atas 10 tahun berdasar Pergub Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi. "Peremajaan dimulai sejak 2016 dengan tenggat waktu tiga tahun." Sigit menjelaskan sekitar 1.500 bus sedang yang masih beroperasi, ada 709 yang perlu diremajakan dan terintegrasi dengan Transjakarta. Operator bus sedang yang saat ini beroperasi di DKI Jakarta meliputi Kopaja, Metro Mini, Kopami Jaya, dan Koantas Bima. PERLUASAN JANGKAUAN Seperti diketahui peningkatan pelayanan transportasi tengah dilakukan Pemprov DKI. Bukan hanya perbaikan armada, namun perluasan penjangkauanpun bakal dilakukan melalui program JakLingko. Sehingga ke depan angkutan ibukota ditarget dapat menjangkau hingga ke permukiman warga. Gubernur DKI, Anies Baswedan, mengatakan rute trayek angkutan umum di Jakarta belum pernah mengalami perubahan sejak tahun 1990. Karena itu, sudah saatnya pembenahan pola moda transportasi dilakukan. “Saat ini jangkauan layanan angkutan umum di Jakarta baru mencapai 68 persen. Dan kami berencana memperluas jangkauan tersebut hingga mencapai 95 persen,” ungkap Anies beberapa waktu lalu. Menurut orang nomor satu di ibukota ini, pola transportasi mendesak untuk dibenahi. Mengingat besarnya jumlah kendaraan bermotor yang mencapai 13 juta unit roda dua dan 3 juta unit roda empat. Anies mengemukakan enggannya warga beralih ke angkutan umum lantaran saat ini armada angkutan umum yang ada belum memberi kenyamanan. Dan masih banyaknya armada yang tidak layak jalan. Selain itu angkutan yang ada baru menjangkau sekitar 68 persen warga. Di mana jarak halte dengan rumah warga paling pendek sekitar 1 kilometer. “Saya menginginkan jangkauan jarak rumah dengan halte hanya sekitar 500 meter, sehingga jangkauan angkutan umum bisa di atas 95 persen. Dengan begitu warga akan mudah mengakses angkutan umum dan meninggalkan kendaraan pribadinya untuk beratifitas,” pungkasnya.(john/b)

News Update