ADVERTISEMENT

Wanita dan Anak-Anak jadi Sasaran Tembakan Gas Air Mata Polisi Perbatasan AS

Selasa, 27 November 2018 10:54 WIB

Share
Wanita dan Anak-Anak jadi Sasaran Tembakan Gas Air Mata Polisi Perbatasan AS

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MEKSIKO –  Seorang ibu dan puteri kembarnya berlairan menghindari tembakan gas air mata yang dilakukan polisi  diperbatasan dan Meksiko. Penembakan oleh polisi perbatasan AS ini adalah wujud dari ancaman Donald Trump terhadap para pendatang ilegal dari Amerika Tengah.  Dalam foto yang diunggah Reuters, tersebut terlihat Maria Meza (35) , menarik dua putri kembarnya yang berusia lima tahun, Saira dan Cheili. Di samping mereka mendarat bom gas air mata, asapnya mengepul ke udara. Kepada Reuters, Senin (26/11/2018), Meza mengaku tidak habis pikir mengapa polisi AS tega menembaki keluarga dan anak-anak. "Kami tidak pernah mengira mereka akan menembakkan bom-bom ini di tengah anak-anak, karena ada banyak sekali anak-anak," kata Meza. Meza adalah satu dari ribuan imigran Amerika Tengah yang mencoba masuk ke AS lewat perbatasan Tijuana di Meksiko. Dia dan lima anaknya berasal dari Honduras dan telah berada sepekan di perbatasan tersebut.  Bom gas air mata ditembakkan ketika Meza dan para pencari suaka menggelar protes ditutupnya perbatasan. Tiga bom gas air mata ditembakkan dari sisi AS dan mendarat di sekitar Meza dan anak-anaknya. "Hal pertama yang saya lakukan adalah merenggut anak-anak saya," kata Meza. Dalam foto yang ramai tersebar, terlihat Meza berlari bersama dua putri kembarnya, di sampingnya berlari Jamie, putrinya yang berusia 13 tahun. Putranya yang paling muda, James, hampir pingsan setelah bom gas air mata mendarat di dekatnya. Meza terjatuh ketika berlari di tengah kepulan gas air mata. Beruntung seorang pria membantunya berdiri. "Saya ketakutan, saya kira saya akan mati bersama mereka karena gas itu," kata Meza.  Sebelumnya Trump mengancam akan menembaki imigran jika polisi perbatasan diserang. Dalam peristiwa yang menimpa Meza, Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan polisi terpaksa menembakkan gas air mata karena ditimpuki oleh imigran. Saat ini ada 5.200 orang imigran yang berada di pengungsian Tijuana. Pemerintah Meksiko memberikan mereka tempat sementara di stadion olah raga hingga bisa masuk ke AS. Pemerintah Trump beralasan tidak bisa memberi mereka suaka karena kebanyakan imigran hanya ingin masuk AS untuk mencari kerja. Sementara syarat dapat suaka adalah seseorang harus terancam kehidupannya di negara asal karena perbedaan pandangan politik. Meza mengatakan, kekerasan di Honduras yang mengancam nyawanya dan anak-anaknya adalah alasan dia meninggalkan negaranya. "Jika AS menutup perbatasan, saya berdoa kepada Tuhan bahwa di Tijuana, atau di negara lain, mereka membuka pintu untuk kami, agar saya dan anak-anak saya bisa selamat," kata Meza lagi.(tri)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT