Laga Final Copa Libertadores Ditunda Akibat Ulah Suporter

Senin 26 Nov 2018, 07:59 WIB

ARGENTINA- Laga final Copa Libertadores yang mempertemukan dua tim sekota asal Buenos Aires, Argentina, River Plate dan Boca Juniors, Sabtu (24/11), ditunda karena serangan suporter yang tidak terkendali. Pendukung River Plate melempari bus yang membawa pemain Boca yang hendak memasuki Stadion River Monumental, lokasi final antarklub seantero Amerika Selatan tersebut. Otoritas setempat memutuskan menunda pertandingan selama 24 jam. Sejumlah kalangan menyebut kondisi itu mencoreng citra persepakbolaan Argentina. Laga final Copa Libertadores yang mempertemukan dua tim sekota asal Buenos Aires, Argentina, River Plate dan Boca Juniors, Sabtu (24/11), ditunda karena serangan suporter yang tidak terkendali. Pendukung River Plate melempari bus yang membawa pemain Boca yang hendak memasuki Stadion River Monumental, lokasi final antarklub seantero Amerika Selatan tersebut. Otoritas setempat memutuskan menunda pertandingan selama 24 jam. Sejumlah kalangan menyebut kondisi itu mencoreng citra persepakbolaan Argentina. Merujuk beberapa laporan media massa setempat, sejumlah pemain Boca terluka akibat pecahan kaca bus. Mereka juga disebut terdampak gas air mata yang disemprot polisi untuk membubarkan pendukung River. Pemain Boca yang pernah berlaga di beberapa klub top Eropa, Carlos Tevez, dilaporkan muntah dan pusing akibat gas air mata tersebut. Rekaman video memperlihatkan sejumlah pemain Boca lainnya berjalan terhuyung-hutung dan mengalami disorientasi di dalam kamar ganti. Dua pemain Boca, Pablo Perez dan Gonzalo Lamardo, dilarikan ke rumah sakit. Pecahan kaca dan silet terlihat menancap di kepala mereka. cewekbola Editor BBC Americas, Leonardo Rocha Kepala Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan, Alejandro Dominguez, menyebut perwakilan River dan Boca sepakat menunda pertandingan akibat situasi yang tidak terkendali. Laga antara dua klub besar Argentina itu merupakan pertandingan yang paling dihindari dalam sejarah sepakbola Amerika Selatan. Ini adalah pertama kalinya mereka saling berhadapan di final Copa Libertadores, ajang yang setara dengan Liga Champions di Eropa. Saat ini terlihat nuansa frustrasi dan malu di Buenos Aires. Ada pula kekhawatiran tentang keributan yang semakin membesar di ibu kota Argentina itu. 'Melelahkan, berbahaya, dan bodoh' Prodiser Radio World Service, Richard Padula, di Stadion River Monumental Tak ada yang menginginkan dua klub ini bertemu di laga final. Perseteruan mereka terlalu dalam untuk pertandingan sebesar ini. Tiga jam sebelum kick-off, hampir seluruh kursi stadion telah terisi. Beragam lagu diputar dan dinyanyikan secara sungguh-sungguh. Namun informasi serangan terhadap bus pemain Boca perlahan diterima penonton di stadion, begitu pula beragam foto peristiwa itu. Tidak ada pengumuman dari otoritas pertandingan, hanya ada rumor di media sosial. Kick-off ditunda, tapi penonton diyakinkan laga akan segera dimulai. Waktu terus berlalu, tapi awak media tak kunjung mendapatkan data resmi pemain yang akan diturunkan. Sejumlah peralatan latihan dan bola terlihat disiapkan di lapangan. Tapi para pemain tidak kunjung melakukan pemanasan, apalagi bertanding. Masyarakat internasional menyenangi sepakbola Argentina. Gairah, semangat, corak, dan karakternya. Sangat mudah memunculkan romantisme pertandingan di negara ini. Namun sesungguhnya, bagi warga lokal pertandingan seperti ini sangat melelahkan, berbahaya, dan bodoh. Dan inilah yang kini sedang terjadi. Sejarah singkat superclasico Laga antara River Plate dan Boca Juniors kerap dianggap laga derbi yang paling terkenal dalam sejarah sepakbola. Peserteruan mereka berawal saat dua klub itu didirikan di satu wilayah yang sama, yaitu kawasan La Boca di Buenos Aires, antara tahun 1905 hingga 1923. Pada 1923, River pindah ke distrik Recoleta. Ketika sepakbola Argentina beralih profesional tahun 1931, River mengucurkan dana besar untuk pengembangan klub. Sejak saat itu River mendapatkan julukan Los Millonarios. Anggaran besar yang dikeluarkan River itu memanaskan rivalitas mereka dengan Boca. Saat River hijrah ke kawasan lain, Boca memutuskan tetap bertahan La Boca, kawasan masyarakat kelas pekerja. Sejak saat itu, 69 trofi Liga Argentina telah diraih dua klub asal Buenos Aires itu: 36 untuk River dan 33 untuk Boca. Sepanjang 58 tahun penyelenggaraan Copa Libertadores, ini adalah final pertama yang mempertemukan dua klub itu. Kejadian Sabtu lalu mengulang peristiwa tiga tahun lalu di kandang Boca, La Bombonera. Kala itu, di jeda laga babak 16 besar Copa Libertadores, pendukung Boca menyemprotkan cairan merica ke pemain River. Akibat peristiwa itu, Boca didiskualifikasi dan River melaju ke laga berikutnya tanpa melanjutkan pertandingan.(BBC)

Berita Terkait

News Update