Dulu Kusir Delman Kini Urus Ratusan Orang Gila

Rabu 21 Nov 2018, 06:40 WIB

JALAN hidup seringkali menjadi misteri. Maka tak jarang, kehidupan yang kita harapkan berbeda dengan kenyataan. Itu pula yang dialami Marsan, 52, pengelola Panti Alfajar Berseri di bilangan Kampung Pulo, Desa Sumber Jaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Ia semula cuma seorang kusir delman. Setiap hari kehidupannya dilalui dengan urusan merawat kuda, menarik delman dan melayani penumpang. Siapa sangka, belasan tahun kemudian, jalan hidupnya berubah drastis. Dari penarik delman, kini menjadi pemilik panti rehabilitasi cacat mental. Dua dunia yang sepertinya berbeda jauh. "Saya juga tidak menyangka. Allah yang mengatur, dan saya hanya bisa bersyukur," katanya beberapa waktu lalu. Menjadi pemilik panti dengan jumlah pasien 300 orang ini memang tak dinyana sama sekali. Dan itu tidak pernah dibayangkan oleh Marsan. Kisah kehidupannya sebagai pemilik panti rehabilitasi cacat mental dimulai ketika suatu saat pada tahun 1992, ia menemukan seorang gila tengah mengais makanan di bak sampah. Hatinya bergolak sedih melihat pemandangan di depan matanya. Berbekal tekad, akhirnya Marsan membawa pulang orang gila tersebut. Di rumah yang sederhana, Marsan mencoba memandikan orang gila tersebut, memberinya makan yang layak dan mengajaknya berkomunikasi. Meski awalnya memberontak, tetapi akhirnya Marsan bisa membujuknya. “Tidak mudah menaklukkan orang gila. Tetapi tekad saya untuk menolong membuat saya tidak menyerah. Akhirnya ia luluh juga,” katanya. BANTU PEKERJA SOSIAL Dia mengaku sebelumnya memang pernah membantu seorang pekerja sosial Gendu Mulatif yang berkecimpung dalam penanganan orang gila. Berbekal pengalaman inilah kemudian Marsan mengurus orang-orang gila. Niat yang ikhlas serta tekad yang bulat, sehingga akhirnya bisa mendirikan yayasan sendiri dan membantu mengobati pasien jiwa jalanan. "Sampai sekarang, jumlah pasien di sini sebagian belum diketemukan keluarganya. Beberapa lagi berasal dari keluarga tidak mampu sekali. Ya sudah, kita rawat sebisa mungkin," lanjut Marsan. Marsan mengatakan untuk menjadi perawat orang dengan gangguan mental membutuhkan nyali yang cukup besar. Dia mengaku awalnya juga ngeri menghadapi orang tak waras. Namun karena tekadnya sudah bulat, perasaan itu lambat laun berkurang. “Jika masih ada pasien yang masih sangat agresif, maka mereka dirantai agar tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Baru setelah bisa tenang, maka rantai akan dilepas, kemudian kami mulai mengajarkan pasien untuk bersosialisasi,” tandasnya. Kini, mantan kusir delman ini memliliki panti rehabilitasi yang berdiri diatas lahan sekitar 2000 meter. Diakui, pembenahan di sana-sini masih dilakukan, termasuk menciptakan lokasi yang bersih. Atas kepeduliannya ini Marsan pernah beberapa kali mendapat penghargaan, termasuk dari kementrian sosial. Namun diakui tidak ada hal yang paling menggemberikan ketika ada pasien yang bisa sembuh kembali seperti semua. (chotim/fs)

News Update