ADVERTISEMENT

EBT Diutamakan untuk Tekan Penggunaan Energi Fosil dan Hemat Devisa

Kamis, 11 Oktober 2018 09:51 WIB

Share
EBT Diutamakan untuk Tekan Penggunaan Energi Fosil dan Hemat Devisa

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BALI – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan, pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) merupakan upaya Indonesia mendukung penyelamatan lingkungan. Langkah ini pun mendapat dukungan positif dari Bank Dunia. "Kita utamakan renewable energy (energi terbarukan)," kata Wapres JK dalam pernyataan bersama dengan Chief Executive Officer Bank Dunia Kristalina Georgieva di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018). Kegiatan itu bagian dari rangkaian kegiatan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali. Wapres merespons adanya sikap sebagian organisasi non pemerintah (NGO) yang mengaitkan upaya mengoptimalkan manfaat EBT ini dengan masalah lingkungan. "Yang mengganggu lingkungan kan jelas yang mana. Oleh karena itu kita utamakan renewable energy," kata Wapres. Menurutnya, pemerintah melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen hingga tahun 2025 mendatang. “Langkah ini akan semakin mengurangi penggunaan energi fosil dan pada gilirannya akan menghemat devisa negara,” tegasnya. Sejumlah pembangkit dibangun dengan memanfaatkan EBT itu, antara lain, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Sumatera Utara, yang sedang dalam proses pembangunan, serta PLTA Poso dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sindereng Rappang (Sidrap) di Sulawesi Selatan. Proyek-proyek tersebut juga merupakan bagian dari Infrastruktur Strategis Ketenagalistrikan Nasional sebagai bagian integral dari Program 35.000 Mega Watt (MW) Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan  ekonomi ke luar Pulau Jawa. Apresiasi Langkah Indonesia dalam pemanfaatan EBT ini ditanggapi positif oleh Bank Dunia. Kristalina Georgieva menyatakan apresiasinya, dan menilai hal itu langkah nyata Indonesia dalam  upaya menekan pertumbuhan gas karbon. "Itu hal yang Indonesia dapat banggakan. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai 23 persen energi terbarukan pada tahun 2025. Kami percaya indonesia akan memenuhi komitmen itu," kata Kristalina Georgieva. Terkait dengan bencana-bencana yang terjadi di dunia saat ini, dan juga di Indonesia,  dia menilai hal itu terkait erat dengan perubahan iklim. Kristalina menekankan, saat ini dunia harus mengakui bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi, dan sudah terjadi. "Diperlukan langkah mitigasi yang lebih keras lagi untuk menekan pertumbuhan gas karbon. Pengalaman yang sedang kita bahas di Palu, ini ada peringatan bahwa kita harus menemukan keberanian dalam diri kita untuk menangani bencana ke level yang lebih tinggi," katanya. (tri)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT