Oleh S. Saiful Rahim “ADAKAH kau melihat sesuatu yang istimewa di Jalan Husni Thamrin, sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Dul?” tanya seseorang yang baru saja menggeser duduknya, berbagi tempat duduk dengan Dul Karung. “Tidak!” jawab Dul Karung sambil, seperti biasa, mengulurkan tangannya mencomot singkong goreng yang masih kebul-kebul. “Apakah matamu buta?” tanya orang yang duduk di ujung kiri bangku panjang, membuat Dul Karung berhenti mengunyah. “Matamu yang buta. Tidak bisa melihat mataku lebih jeli dan besar. Umpama mataku ini jengkol, mata yang menempel di antara pipi dan alismu adalah pete Cina, yang oleh orang Jawa disebut mlandingan, atau lamtoro. Keciiil!” kata Dul Karung dengan nada tinggi. “Eh, kok marah! Jangan begitu dong, Dul. Baru sehari kita memperingati hari ulang tahun negeri kita merdeka. Memperingati bagaimana dulu kita semua bersatu, bahu membahu memerdekakan negeri tercinta ini. Sekarang kok gampang marah dan suka cakar-cakaran lagi,” kata lawan bicaranya Si Dul. “Bagaimana aku bisa melihat apa yang ada di Jalan Thamrin, kalau hampir seminggu tidak lewat di sana. Aku sibuk membikin macam-macam alat lomba untuk kemeriahan Peringatan Hari Proklamasi di RT-ku. Ada apa sih di sana?” kata Dul Karung balik bertanya. “Ada instalasi seni dari bambu bernama 'Getah Getih'. Bagus sekali,” kata orang yang duduk di ujung kanan bangku panjang. “Itu yang diingatkan oleh Bung Karno di dalam pidato terkenalnya, 'Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah' yang oleh temanku judul pidato tersebut dengan sinis disingkat menjadi Jas Merah,” kata Dul Karung jemawa. “Temanmu yang menyingkat judul pidato Bung Karno itu menjadi 'Jas Merah?' Aku tak percaya,” kata orang yang duduk tepat di kanan Dul Karung. “Suatu malam aku mampir ke kantor temanku di Percetakan 'Tampomas' di Jalan Gedung Kesenian. Dia redaktur utama surat kabar 'Revolusioner' yang dicetak dan numpang berkantor di percetakan itu. "Tanggal, bulan, dan tahun berapa aku ke kantor temanku itu, aku sudah lupa. Yang kuingat saat itu beberapa surat kabar yang disebut koran 'Badan Pendukung Soekarnoisme' atau 'BPS' sedang kritis-kritisnya terhadap PKI dan kaum 'Merah' lainnya. Sikap dan garis politik Bung Karno oleh 'BPS' dilihat dan juga dirasakan agak 'merah'. Itulah sebabnya temanku itu dengan sinis menyingkat judul pidato Bung Karno yang bagus itu menjadi Jas Merah.” “Apa benar tu Duuuul?” sela seseorang setengah ngeledek atau mencemooh. “Kalau gak percaya, buka saja koran-koran yang terbit di zaman 'BPS' itu! Akan kau temukan istilah 'Jas Merah' pertama kali digunakan Revolusioner,” jawab Dul Karung dengan nada meninggi. “Instalasi seni dari bambu itu pun bagiku tidak lain, merupakan pesan, 'Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah' juga. Kan bambu runcing adalah salah satu senjata ampuh pejuang kemerdekaan kita,” tanggap orang yang duduk di depan Mas Wargo. “Betul! Mari kita buka sejarah dengan cermat. Akan kita temukan juga banyak kyai yang menjadi, atau mendampingi pejuang besar kita. Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar itu sesungguhnya kan kyai juga. Diponegoro pun didampingi Kyai Maja. Dan masih banyak yang lainnya, kok sekarang ada kyai dipilih jadi Calon Wakil Presiden diributin dan diragukan kemampuannya,” kata Dul Karung sambil ngeloyor pergi begitu saja. ( [email protected] )*

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah
Sabtu 18 Agu 2018, 06:18 WIB

Editor
[email protected] Follow Poskota
Cek berita dan informasi menarik lainnya di Google News sekaligus ikuti WhatsApp Channel POSKOTA untuk update artikel pilihan dan breaking news setiap hari.
News Update

6 Zodiak Paling Beruntung Hari Ini 19 September 2025: Sagitarius sampai Libra Rezeki Mengalir Lancar
Jumat 19 Sep 2025, 06:22 WIB

Nasional
Kronologi Bima Permana Hilang hingga Ditemukan Jualan Mainan di Malang
18 Sep 2025, 22:27 WIB

TEKNO
Prompt Gemini AI Edit Foto Main Billiard, Mafia, dan Liburan ke Luar Negeri
18 Sep 2025, 22:05 WIB

OLAHRAGA
Gol Lion City Sailors di Menit Akhir Buyarkan Kemenangan Persib Bandung di ACL 2
18 Sep 2025, 21:58 WIB


JAKARTA RAYA
Syarat dan Ketentuan Tarif Rp1 Transjakarta, MRT, LRT Jakarta di Hari Perhubungan Nasional, Berlaku 17 dan 19 September 2025
18 Sep 2025, 21:50 WIB

JAKARTA RAYA
11 Saksi Diperiksa, Polisi Dalami Kasus Penganiayaan Siswa SMK di Cikarang Barat
18 Sep 2025, 21:42 WIB

EKONOMI
Pinjaman UMKM KUR BNI 2025 Bunga Rendah Hingga Rp500 Juta, Begini Cara Mengajukannya
18 Sep 2025, 21:40 WIB

JAKARTA RAYA
Dilaporkan Hilang saat Rangkaian Demo Terjadi, Bima Ternyata Jualan Mainan di Malang
18 Sep 2025, 21:35 WIB

TEKNO
Kreatif dan Hemat! 15 Inspirasi Prompt Foto Prewedding dengan Gemini AI yang Wajib Dicoba Pasangan Muda
18 Sep 2025, 21:30 WIB

TEKNO
Cara Edit Foto di Bandara Pakai Gemini AI dan Contoh Prompt-nya, Intip Selengkapnya!
18 Sep 2025, 21:20 WIB

JAKARTA RAYA
Jakarta Uji Coba Sistem Parkir Digital: Booking Lokasi Lebih Dulu dan Transparansi Tarif Lewat Aplikasi JakParkir
18 Sep 2025, 21:10 WIB

TEKNO
Cara Edit Foto Dua Orang jadi Satu Frame di Gemini AI, Simpel dan Realistis
18 Sep 2025, 21:00 WIB

JAKARTA RAYA
Wanita Paruh Baya Tepergok Curi HP yang Sedang Dicas di Pasar Jonggol Bogor
18 Sep 2025, 20:57 WIB

TEKNO
Samsung Zero Day dengan Skor CVSS 8.8: Seberapa Berbahaya Bagi Data Pengguna?
18 Sep 2025, 20:50 WIB

Nasional
Kronologi Eko Purnomo Hilang setelah Demo Rusuh hingga Ditemukan di Kalimantan
18 Sep 2025, 20:47 WIB


Daerah
Bima Permana Putra Ditemukan di Malang, Ini Kronologi Hilangnya Pasca Kerusuhan Jakarta
18 Sep 2025, 20:30 WIB

JAKARTA RAYA
Jembatan Lama Kalibaru Bekasi Jadi Biang Sampah, BMSDA Kaji Rencana Pembongkaran
18 Sep 2025, 20:30 WIB
