ADVERTISEMENT

Tarzan Dimanfaatkan Sekretarisnya

Selasa, 14 Agustus 2018 08:15 WIB

Share
Tarzan Dimanfaatkan Sekretarisnya

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

DUNIA seni menjadi perjuangan seumur hidup bagi Toto Muryadi, seniman pelawak yang lebih dikenal dengan Tarzan ‘Srimulat’. Nyaris tak ada kata ‘paceklik’ dalam karirnya, meski Srimulat telah bubar. Selalu ada tanggapan main, manggung, dan suting. Tahun ini saja Tarzan  main dalam dua film komedi besar, dan sebuah film yang masih dipertimbangkan, karena jadwal sutingnya berpotensi bentrok dengan kegiatan lain. “Biasanya film yang saya bintangi laris, “ kata Tarzan di depan wartawan, disambut tepuk tangan hadirin di Plaza Senayan XXI, saat pemutaran perdana film ”D.O.A (Doyok, Otoy dan Ali Oncom) Cari Jodoh”. Selain main di DOA dia juga mendukung : “Gile Lho Ndro”  bersama Tora Sudiro dan Indro Warkop, yang juga berpotensi laris. Di film “D.O.A - Cari Jodoh”,  Tarzan berperan sebagai Pak Camat yang menaruh hati pada Ayu, sekretarisnya – yang diperankan oleh artis cantik Titi Kamal. Camat Tarzan cemburu pada Ayu karena dekat dengan Doyok (Fedi Nuril). Belakangan diketahui, Tarzan dan Doyok hanya dimanfaatkan oleh Ayu untuk mendapatkan pria ganteng lainnya (Joshua Matulessy), yang sedang nyalon jadi Walikota . “Ada scene lain yang dibuang saya gak tahu kenapa, “ kata Tarzan ketika dihubungi ‘Pos Kota’ semalam. Dia sedang ada acara dengan di Balikpapan. Tarzan dikenal sebagai personil ‘Srimulat’ sejak 1980-an, dan terus bertahan hingga kini. Bersama Kadir, Tessy dan Nunung, dia legenda Srimulat yang tersisa, ketika satu per satu rekannya menghadap  Illahi, sejak Gepeng, Asmuni, Basuki, hingga Gogon dan lainnya. Dia mudah dikenal karena sosoknya yang jangkung, kerap berdandan ala militer. Dia juga suka dengan dunia militer. Dalam usia 73 tahun, pelawak kelahiran Malang, Jawa Timur, 22 April 1945  ini tetap fit.  Masih tinggal di kampung bilangan Kampung Makassar, Jakarta Timur, dan bisnis sampingan mengontrakan rumah yang dikelola istrinya, Sulistina. ANAK  LURAH Tarzan tidak terlibat kasus narkoba, dan skandal dengan perempuan, seperti yang banyak menimpa rekan rekannya yang ngetop mendadak dan bingung menghadapi popularitas yang disandang mereka.  Masa masa sebagai “anak bandel” sudah dilewatinya ketika remaja di kampungnya, katanya. Anak lurah ini pernah menjadi pemabuk dan penjudi, dan hartanya habis habisan. Dari sana dia ‘mentok’ dan tersadar. Saat itu dia belum masuk ‘Srimulat’. Masa kecil Tarzan dibesarkan di tengah kesenian ludruk, khas Jawa Timur. Ia kemudian terobsesi jadi salah satu pemeran sandiwaranya. Di desa Kanigoro Malang, tempat lahirnya, setiap kali ada pentas Ludruk, Tarzan pasti menontonnya. Ia amat menunggu bagian paling menyenangkan dalam pentas ludruk, yakni acara lawaknya. "Saya bisa tonton sampai pagi," katanya. Tak cuma nonton, di usia 13 tahun, Tarzan bergabung dengan grup ludruk di desanya. dan kemudian berkeliling. Populer dengan sebutan  "Ludruk tobongan”. Perjuangannya jadi pelawak yang mengharuskannya meninggalkan bangku sekolah. Ia juga cerita soal bagaimana pelawak di tengah pergolakan politik tahun 1965 sampai masa perang di Timor-Timur. Ia nekad meninggalkan bangku sekolah saat masih SMP. "Ya pilihan hidup," ujar Tarzan. Adalah Amang Gunawan, pemilik rombongan sandiwara Lokaria yang pada suatu hari memintanya memerankan Tarzan dalam sandiwara Lokaria berjudul “Tarzan dan Gadis Sandera”.  Sejak itu pula, dengan postur 180 senti meter, dia dikenal dengan julukan Tarzan bahkan menjadi nama populernya. Karir panggungnya berkembang ketika dia bergabung dengan grup sandiwara Brimob Yon 412 Malang pada 1967, Vijaya Kusuma pada 1970, Lokaria pada 1977, barulah Srimulat pada 1979. Era 1967-1968 banyak ludruk yang dimiliterisasi, terutama dari Brimob. Sebagai anggota ludruk Brimob, Tarzan bahkan dipegangi senjata api, seragam dan dapat pangkat. Tampilan militer itulah yang melekat hingga kini. Di ‘Srimulat’ dia banyak berperan sebagai majikan, pejabat, raja atau bahkan jenderal, tapi nama ‘Tarzan’  terlanjur melekat padanya.   "Profesi apa saja kalau ditekuni dengan ulet pasti bisa hidup," kata Tarzan mengutip ucapan ayahnya. Meski besar dari panggung sandiwara, Tarzan enggan hidup bersandiwara. Ia suka sesuatu yang konkret. "Saya hidup dari sandiwara, tapi saya nggak ingin hidup bersandiwara." “INTELEK” Di antara rekannya yang pelawak tradisional, Tarzan juga dikenal sebagai “intelektual” karena rajin membaca, dan bergaul dengan kalangan di luar seniman, khususnya kalangan pejabat militer, membuat obrolan dengannya lebih kaya dan berwarna.  "Saya selalu percaya bahwa lucu itu serius dan serius itu lucu. Jadi terus lah belajar," ujarnya, tentang semboyannya dalam berkesenian. Pada masa popularitasnya, bersama grup ‘Srimulat’ menjadi penghibur keluarga Presiden di Cendana.  Dia kenangkan moment terakhir makan bareng Presiden Soeharto di rumahnya, setahun sebelum meninggal. Saat itu Pak Harto sudah sakit sakitan. Dia pun melontarkan guyon. “Pak, saya senang dahar sama Bapak. Saya sudah cukup pak, nggak minta uang ke Bapak lagi. Saya mintanya sama Mba Tutut saja, ya," celetuk Tarzan.  Menurutnya, saat itu, Pak Harto langsung ketawa lebar. – (dimas)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT