Omongan “Asbun” Ramai Lagi

Sabtu 11 Agu 2018, 08:30 WIB

Oleh S Saiful Rahim "ANDAI kata tak ada gempa di Lombok akulah rasanya yang menjadi juara “Futsal Merah Putih,” kata Dul Karung ketika melangkahi ambang pintu warung kopi Mas Wargo. Sebelumnya, ketika tepat berada di depan pintu dia sudah mengucapkan assalamu alaykum dengan fasih dan khas. “Tunggu dulu, Dul. Kalau mau mengigau kau harus tidur dulu.  Mengigau kok sambil mencomot singkong goreng,” kata orang yang baru saja bergeser memberi tempat Dul Karung duduk. “La aku gak ngigau kok dikata ngigau,” balas Dul Karung sambil menjewer kuping orang itu. “Gila lu, Dul! Sakit tuh! Tahu enggak?” Pekik orang itu seraya berdiri ingin menjambak Dul Karung. “Sudah! Sudah!” bentak orang yang duduk di ujung kiri bangku panjang. Sepasang tangannya yang  terkepal disodorkan ke arah Si Dul dan lawannya. “Memang kau ikut membantu saudara-saudara kita yang kena gempa di Lombok, Dul?” tanya orang yang duduk di ujung kanan bangku panjang, kepada Dul Karung. “Tidak. Bahkan aku tak tahu Lombok itu di mana letaknya yang persis,” jawabnya sambil menyeruput teh kental manis. “Ikut bertanding futsal juga tidak!” kata orang yang duduk tepat di depan Mas Wargo. “Aku nonton dari sambil berdiri hari Sabtu, nongkrong malam Minggu, dan sampai sambil tidur menjelang Subuh, gak ada manusia yang namanya Dul Karung hadir,” sambung orang itu dengan sewot. “Kenapa kau sok-sokan bilang kalau tidak ada gempa di Lombok, kaulah yang menang dalam tanding “Futsal Merah Putih?” kata orang itu lagi tambah gemas. “Lagi pula gempa dan “Futsal Merah Putih” tidak berlangsung pada hari yang sama. Gempa kan pekan lalu, sedangkan “Futsal Merah Putih” baru tadi pagi usai,” sambung Mas Wargo yang jarang sekali ikut ngobrol dengan pelanggannya. “Betul sekali, Mas. Kan saya juga bilang andaikata tidak ada gempa di Lombok, saya jadi juara “Futsal Merah Putih.” Iya kan? Begitu yang saya katakan ketika masuk ke warung ini kan? Ternyata ada gempa, dan saya jangankan jadi juara, ikut main futsalnya juga tidak. Bagaimana bisa jadi juara,” kata Dul Karung seenaknya. “Ah, omonganmu kacau Dul. Itu omongan yang dulu ketika Jenderal  Sudomo jadi Panglima Kopkamtib disebut “Asbun” alias asal bunyi. Kira –kira seperti suara angin yang keluar dari bagian belakang. Suaranya bisa tidak terdengar tetapi baunya dijamin membuat orang-orang menutup hidung,” kata entah siapa dan duduk di sebelah mana. “Barangkali benar kata-kata Anda itu. Tetapi ucapan yang dulu disebut “asbun” itu, sekarang keluar lagi dari para petinggi parpol. Aku cuma ketularan omongan ngalor-ngidul gak karuan itu,” kata Si Dul seraya meninggalkan warung kopi Mas Wargo. ([email protected])

News Update