ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SERAKAH, rakus, kemaruk dan entah apalagi, sebenarnya punya arti yang nggak jauh berbeda. Serakah, itu artinya sudah punya banyak harta tapi masih saja ingin menguasai harta milik orang lain. Rakus, apa saja dimakan, enak nggak enak, perut sudah kenyang, tapi masih saja mengunyah, sampai makanan tak tersisa. Kemaruk, ini biasanya kayak orang yang habis sakit. Makanan apa saja diganyang! Misalnya, bagi oknum pejabat yang ambisi memburu harta dengan jalan menyimpang. Sudah bergaji dan dapat tunjangan besar, harta melimpah tapi masih saja memburu harta haram. Suap menyuap, korupsi, menyelewengkan amanah, sampai jadi bandar dan pengedar narkoba? Tak berpikir bahwa perbuatannya itu bakalan menghancurkan negara dan generasi muda. Seorang oknum bupati, yang seharusnya memimpin daerah dan rakyatnya agar hidup tentram, makmur, malah memakmurkan perutnya sendiri. Berpacu dengan rekan sejawatnya, ayo main dulu-duluan berebut proyek, suap, nggak apa-apa kena OTT KPK. Biasa itu, yang lain juga gitu,kok. Siapa takut? Ini yang disebut tidak amanah, tapi serakah! Oknum polisi punya jabatan dan kewenangan agar menyelamatkan bangsa dan generasi muda dari narkoba, eh malah dia ikutan jadi biang keladi peredaran narkoba? Ini juga nggak amanah, tapi juga kemaruk! Oknum anggota legislatif, yang jadi wakil rakyat, juga nggak amanah. Malah ikutan makan narkoba dan suap-suapan, membekingi para penjarah harta negara. Bagaimana tanggungjawabnya terhadap rakyat? Ya, tadi nggak amanah. Rakus! Ingat lho, sebentar lagi bakalan pemilu. Jika kelakuan legislatifnya kayak begitu, nggak terbayang deh apa yang bakalan terjadi. Ya, begitulah, jika orang masih punya rasa tamak,rakus , serakah, kemaruk, maka nggak peduili enak apa nggak enak, dilahap terus. Gawat,deh! -massoes
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT