ADVERTISEMENT

Menjaga Setelah Gerebekan

Sabtu, 21 Juli 2018 04:58 WIB

Share
Menjaga Setelah Gerebekan

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Oleh S Saiful Rahim“SEJAK Rabu kemarin sampai tadi pagi kalian ada yang sudah lewat Jl Sudirman-Thamrin belum?” tanya seseorang yang baru masuk ke warung kopi Mas Wargo. “Saudara masuk ke warung kopi ini tadi sudah mengucapkan assalamu alaykum apa belum?” kata orang yang duduk di ujung kiri bangku panjang, menjawab dengan pertanyaan. “Oh iya,. Assalamu alaykum warahmatullahi wabarkatuh para hadirin seadanya,” ucap orang itu sambil mencomot tempe goreng yang tinggal satu. “Aku tadi lewat Jl M H Thamrin dan Jl Jenderal Sudirman. Astaghfirullah, banyak orang pada ngecat tratoar,” sambung orang yang baru datang itu. “Itu kan sudah dikerjakan sejak Rabu lalu. Nanti pada tanggal 12 Agustus baru stop,” jelas orang yang duduk di ujung kanan bangku panjang. “Oh iya. Aku lupa sebentar lagi kan 17 Agustus. Hari kemerdekaan kita,” kata orang yang baru datang itu lagi. “Aksi mengecat trotoar itu bukan semata-mata mau memperingati Hari Kemerdekaan, tapi juga ada kegiatan yang disebut “Gerebek Kebersihan.” Jakarta bersolek agar tak tampak dekil selama Asian Games,” jelas orang yang duduk tepat di kanan Dul Karung. “Hebat tuh. Kita sebagai warga Ibu Kota Jakarta harus menjaganya agar “Gerebek Kebersihan” tidak berubah menjadi “Gerobak Kedekilan,” tanggap orang yang duduk tepat di depan Mas Wargo. “Kalau kuingat-ingat kita memang selalu serius di dalam menyelenggarakan “Asian Games” ini. Dulu, ketika pertama kali menyelenggarakan “Asian Games” Indonesia masih melarat benar. Tapi dengan segenap kemampuan kita berusaha menjadikan “Asian Games” sesuatu yang enak ditonton. Bukan hanya arena pertandingan kebutuhan atlet berlaga disiapkan dengan hampir semua serba baru, fasilitas tamu pun demikian pula. Baik penonton pertandingan maupun wisatawan yang datang tanpa sangkut paut dengan “Asian Games,” tutur Dul Karung dengan gaya agak sok tahu. “Contohnya?” tanya orang yang duduk tepat di sebelah kanan Dul Karung. “Waktu itu mencari taksi yang bagus di Jakarta sama susahnya dengan mencari setan beli gado-gado. Tetapi demi “Asian Games,” mobil-mobil yang catnya baru kering, dikirim dari pabriknya yang entah di mana langsung ke Jakarta dan dijadikan taksi. Nomor polisinya pun khusus. Bukan misalnya B.2018 LU, tapi ASG. 2018. Huruf ASG yang menggantikan huruf B itu tentu maksudnya Asian Games,” jawab Dul Karung. “Ceritamu ini benar-benar, Dul?” tanya seorang anak muda yang duduk selang lima di kiri Dul Karung dengan suara agak mengejek. “Kalo gak percaya, tanya Engkong lu di rumah,” kata Dul Karung sambil pergi. ([email protected] )

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT