ADVERTISEMENT

Pesepak-bola Ibrahim Afellay, Muslim Teladan di Belanda

Kamis, 7 Juni 2018 07:30 WIB

Share
Pesepak-bola Ibrahim Afellay, Muslim Teladan di Belanda

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BELANDA- Nama Ibrahim Afellay hampir dipastikan tenggelam dari bursa transfer pemain musim panas ini seiring absennya Timnas Belanda di Piala Dunia 2018 dan terlemparnya Stoke City ke Divisi Championship atau kasta kedua kompetisi Liga sepakbola Inggris Raya musim 2018-2019 mendatang. Namun dalam hal ketaatan beragama, Afellay akan selalu diingat dan bahkan kerap menjadi panutan bagi para pesepakbola muslim di Eropa, khususnya Belanda. Ya, Afellay memang dikenal sebagai seorang anak yang saleh. Saat mengawali karier profesionalnya bersama PSV Eindhoven (2004-2010), Affelay hampir tidak pernah membatalkan ibadah puasa di setiap bulan suci Ramadhan. Baginya, agama tetap nomor satu dan bahkan melebihi karier sepakbolanya. "Saya berpegang pada keyakinan saya secara taat.Tidak masalah betapa sulitnya berpuasa, tapi itu justru memberikan saya sebuah perasaan positif di setiap pertandingan," kata Affelay yang kemudian dinobatkan sebagai seorang muslim teladan di Belanda,atau biasa disebut 'Moslim van het jaar' karena ketaatannya itu. Usut punya usut, penghargaan ini tidak diberikan pada sembarang orang. Sejumlah ulama besar juga masuk dalam nominasi 'Moslim van het jaar'. Dalam situs wijblijvenhier.nl, disebutkan salah satu faktor yang membuat Affelay dipilih karena usianya yang masih muda. Saat itu Affelay baru menginjak usai 25 dan diharapkan mampu menjadi panutan bagi para pesepakbola muslim di Eropa, khusunya di Belanda. Sejak saat itu, karier Affelay terus menanjak. Berkat performanya di lapangan, ia pun kemudian terpilih masuk dalam skuad Timnas senior Belanda pada Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012. Performa apiknya itu juga yang membuat Barcelona kepincut dan memboyongnya ke Camp Nou pada 2011 silam. BANGGA SAMA IBU Afellay mendedikasikan segala prestasi yang diraihnya untuk ibunda yang sangat dicintainya. Tidak salah, kalau ia merasa bangga bisa berfoto bersama sang ibu yang sejak kecil mendidiknya untuk menjadi pribadi yang tidak gampang menyerah. “Saya dari keluarga miskin. Saya anak yatim. Tapi untunglah saya mempunyai ibu yang luar biasa. Dia yang menghidupi saya dengan bekerja keras dan mengasuh saya dengan penuh kasih sayang,” terangnya. Sayang, persaingan yang ketat di Camp Nou membuat Affelay harus tersingkir dari skuad utama Barcelona hingga ia tersingkir dan dipinjamkan ke Schalke 04 (2012-2013) dan Olympiakos (2014-2015). Performa yang menurun karena tidak pernah meninggalkan puasa selama bulan Ramadhan disebut-sebut sebagai faktor penyebab Barcelona kemudian menjualnya ke Stoke City pada 2015 lalu. Meski demikian, Affelay tak kecewa. "Saya tidak pernah merasa itu sebagai sebuah kekecewaan. Bagi saya agama tetap nomor satu dan saya tidak keberatan bermain di mana saja," tandasnya. (junius/bu)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT