ADVERTISEMENT

Rakornaspar di Bali Menggali Potensi Nomadic Tourism Kotak Masuk

Jumat, 23 Maret 2018 19:16 WIB

Share
Rakornaspar di Bali Menggali Potensi Nomadic Tourism Kotak Masuk

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA – Rakornas Pariwisata I di Bali, 22-23 Maret, menggali Nomadic Tourism lebih dalam. Hal itu disampaikan PIC Program Nomadic Tourism, Waizly Darwin, Rabu (21/3/2018). Menurutnya, secara umum tema bahasan akan difokuskan kepada nomadic aksesibilitas dan nomadic amenitas. “Secara garis besar ada dua sesi pembahasan. Fokus utama terkait aksesibilitas dan amenitasnya, meski nanti juga akan disinggung atraksinya. Intinya semua elemen itu harus ramah bagi para pengembara dunia,” ungkap Waizly. Mengenai aksesibilitas, Nomadic Tourism menginginkan konsep yang simpel. Artinya para wisatawan bisa lebih cepat bisa sampai ke destinasi. Untuk negara kepulauan seperti Indonesia, aksesibilitas yang tepat adalah seaplane, helicopter city, dan lifeboat dinilai paling efektif. Dengan jumlah 17 ribu pulau, Indonesia pun membutuhkan lebih banyak seaplane. “Untuk aksesibilitas, dibutuhkan solusi yang sesuai. Aksesibilitas fokus ke kondisi sekarang yang sedang tren. Kebutuhan ini harus dikejar karena pengembara dunia suka akses yang simpel. Ketiga moda itu sangat mengakomodir. Jumlah seaplane harus ditambah karena saat ini jumlahnya hanya puluhan. Momentumnya pas, pemerintah banyak lakukan deregulasi,” terang Waizly. Selain aksesibilitas, nomadic amenitas juga harus wow. Amenitas yang disiapkan juga harus sesuai selera para pengembara dunia jaman now ini. Ada beberapa treatment untuk nomadic amenitas ini seperti glamping camp, caravan, juga homepods. Weizly menerangkan, nomadic tourism secara umum harus memberikan sensasi baru bagi para pengembara dunia jaman now ini. “Para pengembara dunia ini suka kejutan. Harus ada sesuatu yang baru agar dicermati. Fokuskan semua dari kebutuhan customer. Sebab, atraksi di Indonesia itu luar biasa,” ujarnya lagi. Dijelaskanya aksesibilitas dan amenitas nomadic tourism untuk sementara akan difokuskan untuk 10 Destinasi Prioritas atau Bali Baru. Ada 4 destinasi yang dijadikan pilot project. Yaitu Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, juga Borobudur. “Sementara Nomadic Tourism difokuskan di 4 destinasi Bali Baru tersebut. Semua akan diupayakan di sana. Harapannya, ini bisa ditiru oleh destinasi lainnya,” katanya lagi. Aksesibilitas dan amenitas kekinian memang diperlukan untuk mendukung atraksi. Terlebih, destinasi pariwisata Indonesia unggul secara nature, culture, juga manmade. Nomadlist.com bahkan menempatkan Canggu (Bali) sebagai destinasi nomor satu dunia. Nomadlist.com juga memasukan Ubud di urutan 6, Denpasar nomor 14, dan Yogyakarta pada strip 74 dunia. “Atraksi pun idealnya sesuai dengan selera mereka. Indonesia bagus di semua lini atraksi. Indonesia nomor satu dunia untuk digital nomad. Kondisi ini tentu jadi potensi besar yang harus dioptimalkan dengan dukungan aksesibilitas dan amenitas. Sebab, jumlah pengembara dunia sangat besar,” ujar Waizly lagi. Yang harus diketahui, jumlah backpacker jaman now di dunia mencapai 39,7 juta orang. Mereka pun terbagi dalam 3 kelompok besar. Yaitu Flashpacker atau digital nomad memiliki potensi sekitar 5 juta orang. Mereka menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja. Kelompok lainnya adalah Glampacker atau familiar sebagai milenial nomad. Glampacker ini jumlahnya 27 juta orang di dunia. Mereka mengembara diberbagai destinasi dunia yang instagramable. Kelompok pengembara dunia lainnya adalah Luxpacker atau Luxurious nomad. Kaum luxpacker ini berjumlah 7,7 juta orang. Mereka mengembara untuk melupakan hiruk pikuk aktivitas dunia. “Kesimpulannya adalah, kita harus tau apa yang mereka mau. Kesemua elemen ini harus dipelajari. Perilaku para pengembara ini seperti apa, itu juga harus diketahui. Bahkan, destinasinya seperti apa yang mereka mau juga harus dipetakan. Semua akan dibedah satu per satu di Rakornas,“ tegasnya. Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menjelaskan, Nomadic Tourism memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Treatmenya juga relatif mudah. Idealnya para pelaku industri pariwisata ini mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya. Sebab, konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial. “Para pelaku industri pariwisata harus ikut mendorong konsep ini. Sebab, Nomadic Tourism ini paling cepat menghasilkan keuntungan komersial. Tidak butuh waktu lama, hanya fokus di dua aspek itu karena atraksinya sudah sangat siap. Nantinya pemerintah juga akan menyiapkan berbagai kemudahan bagi pelaku industri,“ pungkasnya. (prihandoko)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT